Latest News

Sunday, October 27, 2019

MENCEGAH RADIKALISME DARI KELUARGA


MENCEGAH RADIKALISME DARI KELUARGA

Oleh: Haidar Bagir

BELUM lama ini, sebuah pengamatan menarik tentang radikalisme keagamaan, khususnya di kalangan anak muda, diungkapkan Prof Oliver Roy, seorang ahli di bidang terorisme dan ‘jihad’ dari Prancis. Dari banyak pengamatannya yang menarik, Prof Roy menunjukkan para pelaku teror, termasuk dari kalangan muda yang paling rentan terbujuk rayu oleh kelompok-kelompok radikal, justru bukanlah orang-orang yang penghayatan agamanya kuat. Tak juga mereka memiliki pengetahuan agama yang cukup. Bahkan, banyak di antara mereka yang tadinya ialah orang-orang dengan masa silam yang gelap seperti pencandu narkoba, pelaku kegiatan seks bebas, dan sebagainya.

Umumnya perubahan atas diri anak-anak muda ini terjadi secara tiba-tiba. Dengan kata lain, ada fenomena born-again, yang dicirikan ayunan bandul dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya. Sebelumnya mereka ialah orang-orang yang jauh dari agama, lalu secara mendadak terkonversikan menjadi penganut agama yang ekstrem atau radikal.Benar, yang menonjol sebagai pelaku saya cenderung menyebutnya korban fenomena ini ialah anak-anak muda yang labil dan belum matang, sekaligus memiliki temperamen dan semangat yang meluap-luap. Mudah diduga bahwa dalam segenap ketidakmatangan dan kejahilan mereka akan ajaran agama, anak-anak muda ini mendapatkan info-info instan yang menyesatkan dari guru-guru yang radikal, atau dari internet dan media sosial yang mereka akses.Di sisi lain, ada fenomena modern menyusutnya ketahanan keluarga di tengah masyarakat. Problem terbesar ketahanan keluarga ini ialah berkembang pesatnya teknologi informasi dan derasnya arus informasi yang dihasilkannya jika dibandingkan dengan kemampuan keluarga dalam memberikan informasi alternatif sebagai bagian fungsi pendidikan yang harus diselenggarakannya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa institusi keluarga di zaman sekarang ini mendapatkan berbagai tekanan. Termasuk gempuran tuntutan ekonomi yang makin meningkat, antara lain akibat makin complicated dan makin canggihnya kemampuan dunia industri dalam menciptakan berbagai artificial needs (kebutuhan yang diada-adakan atau dikesankan sebagai kebutuhan, meski sesungguhnya orang bisa hidup tanpanya).

Radikalisme di sekolah

Hal ini menuntut peningkatan pendapatan keluarga secara terus-menerus. Ayah yang menjadi salah satu tulang punggung ketahanan keluarga terpaksa menghabiskan banyak waktunya di luar rumah untuk bekerja. Hal ini terjadi bukan hanya di kalangan keluarga miskin, melainkan juga di keluarga kaya. Belum lagi jika diingat makin beratnya kompetisi di dunia kerja atu di dunia bisnis pada umumnya. Tantangan yang bahkan lebih besar lagi ialah kenyataan bahwa sekarang sudah mulai lebih banyak kedua orangtua ayah dan ibu sama-sama bekerja. Saya tidak sedang mengkritik fenomena ibu bekerja. Saya hanya mengungkapkan kenyataan tentang makin besarnya tantangan terhadap kehidupan keluarga. Yakni, jika sebelumnya hanya ayah yang waktu dan energinya banyak terampas di luar rumah yang berakibat pada menyusutnya waktu bagi komunikasi dengan anak sekarang hal yang sama terjadi atas ibu.

Karena itu, ditambah persoalan besarnya pengaruh yang tak kadang negatif yang mungkin timbul dari pergaulan dengan teman sebaya, keluarga akhirnya terpaksa menyerahkan pendidikan anak-anaknya ke sekolah. Sebagian masalah tentu saja teratasi, tapi justru di sinilah problem besar bisa mengintai. Apa pasal? Saya berani mengatakan tidak sedikit justru sumber-sumber pikiran radikal keagamaan itu datang dari pendidikan agama di sekolah. Justru benih-benih radikalisme keagamaan tertanam ketika anak mendapatkan informasi keliru dari guru agama. Mungkin disebabkan keterbatasan wawasan guru, kesempitan pandangan, bahkan kadang-kadang kita tidak boleh terlalu naif juga adanya kelompok-kelompok radikal yang secara sengaja ingin menyusupkan pikiran-pikiran radikalnya lewat pengembangan lembaga pendidikan mereka sendiri, atau pengiriman guru agama dari kalangan mereka ke sekolah-sekolah. Maklum, ketidakmatangan anak menjadikan mereka sasaran.
Ingin saya sampaikan juga di sini, kalaupun kita tidak secara sengaja atau tidak ada kelompok-kelompok yang secara sengaja berusaha memasukkan pikiran-pikiran radikal itu, dalam kenyataannya setidaknya sebagian materi pengajaran agama, khususnya agama Islam (yang saya ketahui) di sekolah-sekolah itu secara sadar atau bisa menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya pikiran-pikiran radikal.Sebagai salah satu contoh, mari kita ambil pelajaran sirah atau biografi Nabi Muhammad SAW, khususnya di sekolah. Sadar atau tidak, biografi nabi cenderung dipenuhi kisah-kisah peperangan. Biasanya diceritakan bahwa, ketika di Makah nabi ditindas, kemudian nabi pun berhijrah ke Madinah. Setelah memapankan diri di Madinah selama kurang lebih setahun, pada tahun kedua setelah hijrah kaum Muslim di bawah pimpinan Nabi, terlibat dalam peperangan Badar melawan invasi kaum kafir Quraisy dari Makkah. Setahun kemudian terjadilah perang Uhud, lalu perang Khandaq di tahun keempat. Demikian seterusnya dikisahkan peperangan-peperangan hingga saat-saat terakhir kehidupan Nabi.

Sirah Nabi Muhammad

Dengan demikian, saya khawatir, banyak anak-anak sekolah yang di benaknya terpikir bahwa sebagian besar masa hidup nabi itu berperang. Padahal, menurut penelitian, jika dijumlahkan, seluruh perang nabi itu memakan waktu total 800 hari. Penelitian lain yang mungkin tidak memasukkan hari-hari persiapan-persiapan, atau mungkin juga tak memasukkan ekspedisi-ekspedisi (sariyah) yang tak berujung pada peperangan malah mendapati bahwa jumlah total perangnya Nabi itu 80 hari. Padahal, berapa lama karier kenabian Muhammad SAW?Nabi Muhammad SAW menjadi nabi kira-kira selama 23 tahun, yakni sama dengan kira-kira 8.000 hari. Jika diterima bahwa total masa nabi ialah 800 hari, itu berarti hanya 10% dari masa kenabian Muhammad SAW yang terpakai untuk perang. Apalagi, jika kita ambil penelitian yang menyatakan jumlahnya kurang-lebih 80 hari. Berarti hanya 1% dari karier kenabian Muhammad SAW yang terpakai untuk perang. Lalu, apa yang dikerjakan nabi selama 90% atau bahkan 99% dari karier kenabiannya? Saya khawatir banyak di antara kita yang tidak tahu. Saya khawatir, anak-anak kita, siswa-siswa kita di sekolah mengira sebagian besar masa kenabian dihabiskan untuk perang. Padahal, semua orang yang mempelajari dengan sungguh-sungguh biografi beliau, dengan mudah akan mendapati bahwa sebagian besar masa hidupnya dipakai untuk mengajarkan akhlak mulia, dan memberikan teladan tentang hamba Allah yang tugasnya menebarkan rahmat bagi semesta alam.

Nah, kalau pun suatu saat dalam hidupnya, seorang anak atau remaja terdorong untuk belajar lebih banyak untuk belajar agamanya, tentang nabinya--yang amat mungkin akan dia upayakan dari internet maka kemungkinan yang lebih besar ialah dia akan mendapati kesannya tentang Islam sebagai agama hukum dan politik. Itu berarti Islam diyakini sebagai agama yang terkait dengan kekuasaan yang rigid kalau tidak malah otoriter. Yang tak kalah memprihatinkan, obsesi terhadap perang dan kekuasaan politik ini biasanya juga berimplikasi pada cara pandang penuh kecurigaan dan permusuhan kepada kelompok-kelompok lain di luar agamanya. Para penganut paham seperti ini biasanya tak memiliki kecenderungan lain dalam berhadapan dengan kelompok liyan, kecuali konflik yang saling menghabisi. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Pertama, tentu keluarga harus menyadari masalah serius yang sedang kita hadapi ini, dan mencari jalan dalam setiap kendala yang ada untuk memastikan kelancaran dan kedekatan komunikasi orangtua dan anak. Orangtua pun perlu membekali diri dengan pengetahuan agama yang cukup bagi anak-anaknya, baik dengan secara langsung mengambil peran pendidikan tersebut, atau mencarikan jalan lain. Kalau pun harus menyerahkan peran ini ke sekolah, pastikan bahwa kita memilih sekolah yang tepat, lalu berupaya sebisanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah untuk memastikan bahwa materi pelajaran agama diberikan dengan benar.Pengawasan yang memadai atas pergaulan anak, khususnya dalam kelompok-kelompok keagamaan menjadi sangat krusial. Yayasan-yayasan pendidikan juga perlu mengevaluasi pengelolaan pendidikan agama di lembaga-lembaga yang berada di bawahnya. Termasuk juga kegiatan-kegiatan kerohanian sekolah dan mentoring, khususnya yang melibatkan pihak-pihak luar.Kementerian Agama juga perlu memastikan bahwa pendidikan keguruan di sekolah-sekolah tinggi agama telah menyiapkan para pendidik dengan pemahaman keagamaan yang benar. Juga menjadi tugas Kementerian Agama untuk menyiapkan silabus dan buku-buku teks yang sesuai. Inisiatif kementerian untuk menyusun dan menyebarkan buku-buku pelajaran agama Islam dengan tema rahmatan lilalamin kiranya amat patut diapresiasi.
 Akhirnya, pemerintah juga perlu mengambil peran. Caranya ialah dengan mengembangkan strategi budaya serta pembangunan ekonomi dan kesejahteraan yang dapat memberi ruang lebih besar bagi upaya pemberdayaan keluarga sebagai wahana pendidikan perilaku mulia, penuh kasih sayang, toleransi, dan perdamaian bagi generasi muda bangsa.[]📱🇲🇨

Dimuat di Media Indonesia, Senin, 24 Oktober 2016.

Monday, October 21, 2019

KISAH NYATA



SIAPA SAJA ORANG INDONESIA PEJUANG MILITAN HTI ..


SIAPA SAJA ORANG INDONESIA PEJUANG MILITAN HTI ...?

 ORGAN FUNGSIONAL HTI

Selain organ struktural, ada Organ Fungsional HTI.

Organ fungsional yang masih diaktifkan sekarang:

1. Lajnah Thalabun Nushrah.
Lajnah ini bertugas menyusup ke TNI/Polri untuk merekrut perwira tinggi dan menengah kemudian dibina dalam halaqah-halaqah HTI dan ditugaskan melakukan kudeta! Lajnah ini amat-sangat rahasia!! Di tingkat pusat hanya ada lima orang anggota.
Dipimpin oleh seorang Ketua Lebih dan disupervisi langsung oleh Amir Hizbut Tahrir internasional!

2. Lajnah Fa'aliyah.
Lajnah ini bertugas menyusup ke lembaga-lembaga negara, partai politik, dan ormas Islam untuk merekrut ketua lembaga seperti ketua MPR, DPR, DPD, menteri-menteri, MA, MK, Kejaksaan Agung, ketua partai, dan ormas-ormas kemasyarakatan kemudian dibina dalam halaqah-halaqah HTI dan ditugaskan mengkondisikan lembaga negara, partai dan ormas-ormas untuk mendukung kudeta yang dieksekusi oleh dewan jenderal yang telah dibina oleh Lajnah Thalabun Nushrah. Melakukan kudeta di tingkat pusat hanya ada lima orang anggota.
Dipimpin oleh seorang Ketua Lebih dan disupervisi langsung oleh Amir Hizbut Tahrir internasional.

Ketua Lajnah Fa'aliyah HTI sekarang adalah M. Rahmat Kurnia (dosen IPB).

3. Lajnaj siyasiyah.
Lajnah ini bertugas membangun opini masyarakat! Masyarakat dipastikan menyerang pemerintah agar masyarakat mendukung Khilafah melalui tulisan yang disebarkan dengan nama fiktif! Seperti:
Nasrudin Hoja, buletin Kaffah, tabloid Media Umat, dan channel Youtube Khilafah Channel, dll. Lajnah ini juga yang mengatur dan mensupervisi gerakan LBH PELITA UMAT. LBH ini bentukan HTI.

4. Lajnah Khos Ulama. Lajnah ini bertugas menyusup ke pesantren-pesantren dan majlis ta'lim untuk merekrut para kiai dan ustadz yang akan dibina dalam halaqah-halaqah HTI untuk memberi dukungan bagi tegaknya Khilafah versi HTI. Lajnah ini diiisi oleh anggota senior HTI yang punya latar belakang santri Antara lain,
Mustofa Ali Murtadha, Yasin Muthahhar, Ahmad Junaidi (Gus Juned), Nurhilal Ahmad, Abdul Karim, dll. Mereka mempublikasi kegiatan di www.shautululama.id

5. Lajnah Thullab wal Jami'ah. Lajnah ini bertugas merekrut pelajar dan mahasiswa melalui Rohis dan LDK yang berafiliasi ke HTI dan melalui komunitas milineal yang dibuat oleh aktivis HTI seperti:
#yukngaji yang diinisiasi oleh Felix Siauw, KARIM, dll. Untuk LDK-LDK yang berafiliasi dengan HTI dikumpulkan dalam BKLDK dan Gema Pembebasan.

6. Juru bicara  M. Ismail Yusanto didampingi wakilnya Farid Wajdi.

7. Mudir Maktab yang dijabat oleh Anwari alias M. Anwar Iman alias Suwarno. Selain menjadi pusat data, informasi dan administrasi internal, mudir maktab juga menjadi penterjemah surat-surat dari Amir HT Internasional.
Dan mengelola majalah internal al-Wae'ie.

8. Lajnah Dosen, Peneliti dan Akademisi. Bertugas merekrut para akademisi (dosen, peneliti, tenaga administrasi kampus) untuk dibina dalam halaqah-halaqah HTI. Lajnah ini dikomandani oleh:
Prof. Fahmi Amhar dibantu Dr. Kusman Sadik (dosen IPB), *Dr. Fahmi Lukman (dosen UNPAD), dll.
++++++++++++

👆SEREM.

TOLONG DI VIRALKAN SUPAYA MASYARAKAT TAHU DAN HATI2

Wednesday, October 16, 2019

HTI sebut orang Indonesia Kafir semua

Tuesday, October 15, 2019

SIAPA SAJA ORANG INDONESIA PEJUANG MILITAN HTI ..


Ratih Gandasetiawan
SIAPA SAJA ORANG INDONESIA PEJUANG MILITAN HTI ...?

 ORGAN FUNGSIONAL HTI

Selain organ struktural, ada Organ Fungsional HTI.

Organ fungsional yang masih diaktifkan sekarang:

1. Lajnah Thalabun Nushrah.
Lajnah ini bertugas menyusup ke TNI/Polri untuk merekrut perwira tinggi dan menengah kemudian dibina dalam halaqah-halaqah HTI dan ditugaskan melakukan kudeta! Lajnah ini amat-sangat rahasia!! Di tingkat pusat hanya ada lima orang anggota.
Dipimpin oleh seorang Ketua Lebih dan disupervisi langsung oleh Amir Hizbut Tahrir internasional!

2. Lajnah Fa'aliyah.
Lajnah ini bertugas menyusup ke lembaga-lembaga negara, partai politik, dan ormas Islam untuk merekrut ketua lembaga seperti ketua MPR, DPR, DPD, menteri-menteri, MA, MK, Kejaksaan Agung, ketua partai, dan ormas-ormas kemasyarakatan kemudian dibina dalam halaqah-halaqah HTI dan ditugaskan mengkondisikan lembaga negara, partai dan ormas-ormas untuk mendukung kudeta yang dieksekusi oleh dewan jenderal yang telah dibina oleh Lajnah Thalabun Nushrah. Melakukan kudeta di tingkat pusat hanya ada lima orang anggota.
Dipimpin oleh seorang Ketua Lebih dan disupervisi langsung oleh Amir Hizbut Tahrir internasional.

Ketua Lajnah Fa'aliyah HTI sekarang adalah M. Rahmat Kurnia (dosen IPB).

3. Lajnaj siyasiyah.
Lajnah ini bertugas membangun opini masyarakat! Masyarakat dipastikan menyerang pemerintah agar masyarakat mendukung Khilafah melalui tulisan yang disebarkan dengan nama fiktif! Seperti:
Nasrudin Hoja, buletin Kaffah, tabloid Media Umat, dan channel Youtube Khilafah Channel, dll. Lajnah ini juga yang mengatur dan mensupervisi gerakan LBH PELITA UMAT. LBH ini bentukan HTI.

4. Lajnah Khos Ulama. Lajnah ini bertugas menyusup ke pesantren-pesantren dan majlis ta'lim untuk merekrut para kiai dan ustadz yang akan dibina dalam halaqah-halaqah HTI untuk memberi dukungan bagi tegaknya Khilafah versi HTI. Lajnah ini diiisi oleh anggota senior HTI yang punya latar belakang santri Antara lain,
Mustofa Ali Murtadha, Yasin Muthahhar, Ahmad Junaidi (Gus Juned), Nurhilal Ahmad, Abdul Karim, dll. Mereka mempublikasi kegiatan di www.shautululama.id

5. Lajnah Thullab wal Jami'ah. Lajnah ini bertugas merekrut pelajar dan mahasiswa melalui Rohis dan LDK yang berafiliasi ke HTI dan melalui komunitas milineal yang dibuat oleh aktivis HTI seperti:
#yukngaji yang diinisiasi oleh Felix Siauw, KARIM, dll. Untuk LDK-LDK yang berafiliasi dengan HTI dikumpulkan dalam BKLDK dan Gema Pembebasan.

6. Juru bicara  M. Ismail Yusanto didampingi wakilnya Farid Wajdi.

7. Mudir Maktab yang dijabat oleh Anwari alias M. Anwar Iman alias Suwarno. Selain menjadi pusat data, informasi dan administrasi internal, mudir maktab juga menjadi penterjemah surat-surat dari Amir HT Internasional.
Dan mengelola majalah internal al-Wae'ie.

8. Lajnah Dosen, Peneliti dan Akademisi. Bertugas merekrut para akademisi (dosen, peneliti, tenaga administrasi kampus) untuk dibina dalam halaqah-halaqah HTI. Lajnah ini dikomandani oleh:
Prof. Fahmi Amhar dibantu Dr. Kusman Sadik (dosen IPB), *Dr. Fahmi Lukman (dosen UNPAD), dll.
++++++++++++

👆SEREM.

TOLONG DI VIRALKAN SUPAYA MASYARAKAT TAHU DAN HATI2

Monday, September 16, 2019

4 ALIRAN RADIKAL DAN ALASAN MASUK INDONESIA, WASPADALAH !


KIAI SAID UNGKAP 4 ALIRAN RADIKAL DAN ALASAN MASUK INDONESIA, WASPADALAH !

Sabtu, 14 September 2019

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, mengungkap empat macam aliran radikal yang masuk ke Indonesia sejak ‘80-an.

Keempat aliran itu memiliki tingakatan radikal berbeda, sedangkan yang paling radikal adalah yang masuk terakhir, yakni Takfiri.

◆ PERTAMA, WAHABI.
Aliran ini, kata Said, masuk secara perlahan sejak ‘80-an dengan teologinya yang radikal, tapi tidak tindakannya.

Kelompok ini menilai perayaan Isra’ Mi’raj adalah bidah, Maulid Nabi SAW bidah, dan ziarah kubur musrik. Tapi, ujar Said, kelompok ini menyampaikan hal yang dianggap bidah itu secara santun. Tanpa caci maki.

“Saya tahu persis, dari sananya ulama Wahabi memang melarang caci maki,” kata Said ketika menjadi pembicara dalam seminar bertajuk ‘Selamatkan Indonesia dari Radikalis, Teroris, dan Separatis’ di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (12/9).

◆ KEDUA, SALAFI.
Aliran yang datang dari Yaman ini, ujar Said, lebih keras dari pada Wahabi karena mulai menggunakan caci maki. Kelompok yang mengikuti aliran ini berkeinginan melaksanakan purifikasi ajaran Islam.

◆ KETIGA, JIHADI.
Aliran ini lebih radikal dan bahkan bisa disebut ekstrem jika dibandingkan dengan dua aliran sebelumnya. “Jihadi menghalalkan membunuh non-Muslim dan menghancurkan tempat ibadahnya,” ucap Said.

◆ KE EMPAT, TAKFIRI.
Menurut Said, Takfiri adalah puncak yang paling sempurna dari radikalisme. Aliran ini, kata dia, dibentuk Syukri Ahmad Mustofa pada 1969 di Mesir.

“Aliran ini menganggap semua orang kafir, kecuali mereka saja yang tidak kafir. Mereka yang membunuh Presiden Mesir Anwar Sadad pada 3 Oktober 1981, membuhuh Menteri Agama Mesir Syekh Husein dan membunuh wartawan Yusuf,” papar Said.

Kelompok Takfri ini, lanjut Said, sebenarnya sudah dihabisi Presiden Mesir Hosni Mubarak, tapi banyak yang berhasil kabur ke Semenajung Sinai. Mereka bersembunyi di gua-gua dan lembah-lembah.

Alhasil, pengikut aliran Takfiri ini kembali melancarkan aksinya sekitar setengah tahun yang lalu. “Mereka meledakkan bom ketika sedang shalat Jumat dan menewaskan 380 orang,” kata Said.

Lebih lanjut, dia menjelaskan alasan mengapa Indonesia juga menjadi sasaran kelompok Takfiri. Kelompok ini di Indonesia sama dengan di tempat asalnya, yakni mengangaggap semua orang, kecuali mereka, adalah kafir. Bahkan, NU dan Muhammadiyah juga dianggap kafir.

“Mengapa? Karena kita dianggap negara yang tidak Islam. Mendukung Pancasila dan UUD 45 itu thaghut dan berhala bagi mereka,” ucapnya.

Tak hanya itu, imbuh Said, kelompok ini juga menjadikan produk hukum Indonesia sebagai alasan mengkafirkan. Sebab, menurut mereka, memakai hukum dari hasil olah pikir manusia adalah tindakan kafir.

“Persis dengan cara berpikirnya Abdur Rahman bin Muljam yang membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan dalih tidak melaksanakan hukum Allah. Ali itu dianggap kafir karena kalau mau memutuskan masalah selalu bermusyawarah dulu dengan sahabat. Bagi mereka itu bukan hukum Islam, (tapi) hukum manusia,” tutur Said.

Sumber :
http://www.muslimoderat.net/2019/09/kiai-said-ungkap-4-aliran-radikal-dan.html#ixzz5zUiOVUkA  .

Sunday, September 1, 2019

Jika Ingin Menguasai Orang Bodoh, Bungkus yang Batil dengan Agama


Judul ini diambil dari sebuah pesan Ibnu Rusyid, “Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkus yang batil dengan agama”. Atas dasar fakta yang belakangan memang sedang menimpa di banyak negara, pesan ini seperti keras menampar dan menusuk. Negara-negara yang sejak dahulu dikenal sebagai barometer kemajuan peradaban Islam sperti Irak, Suriah, Libya, Yaman dan lainnya kini menjadi negara yang sedang dalam masa kehancuran bahkan masuk dalam katagori negara gagal karena konflik yang tak berkesudahan. Nyawa sudah tidak ada harganya oleh konflik berbungkus agama padahal sebenarnya berebut kuasa.

Di Indonesia, memang tak setragis itu, tapi dimana-dimana sudah bertebaran tanda akan upaya-upaya licik demi memuluskan kepentingan ingin berkuasa lalu dibungkusnya dengan embel-embel agama. Sungguh, bila ini dibiarkan bukan tidak mungkin Indonesia akan senasib dengan mereka.

https://artikel867913207.wordpress.com/2019/04/08/jika-ingin-menguasai-orang-bodoh-bungkus-yang-batil-dengan-agama/


Siapa Ibnu Rusyid ?

Abu Walid Muhammad bin Rusyd (Ibnu Rusyid), adalah seorang cendikia & ilmuwan muslim yang lahir di Andalusia Spanyol tahun 1128 M, pada masa invasi Kekaisaran Ummayah ke Eropa.

Selain seorang hafidz (hafal Al-Quran), Ibnu Rusyid memiliki “pengetahuan ensiklopedik” (jenius) mahir berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, hukum, matematika, filsafat, dll. Ibnu Rusyid adalah seorang Hakim yang juga seorang Fisikawan.

Pemikiran Ibnu Rusyd digadang sebagai karya filsafat berpengaruh abad pertengahan. Ibnu Rusyid juga tokoh perintis penelitian jaringan tubuh (histology) berjasa di bidang kedokteran, sampai mendapat gelar “Si Jenius dari Andalusia”.

Batil Berbungkus Agama

Ibnu Rusyid, salah satu cendikiawan terjenius dalam sejarah Islam, memperingatkan umat Muslim akan bahaya “alih fungsi agama”. Ibnu Rusyid memperingatkan akan datangnya satu masa ketika Islam akan diselewengkan justru dijadikan “alat” untuk Membenarkan yang batil.

Sepanjang sejarah kemanusiaan, tak terhitung banyaknya konflik dan perang yang menggunakan agama sebagai dalih untuk justifikasi (pembenaran) aksi perang, juga untuk manipulasi massa agar mau dijadikan mesin pembunuh.

Manipulasi sang Fuhrer

Adolf Hitler, orator terulung dalam sejarah umat manusia, membius bangsa Jerman dengan bungkus gerakan Nazi adalah “gerakan Kristiani”. Slogan “gerakan Nazi adalah Kristiani” selalu terdengar dalam setiap pidatonya (sumber: Bundesarchiv Berlin-Zehlendorf).

Buku suci Nazi “M-e-i-n K-a-m-p-f” yang ditulis Hitler, hampir setiap halaman nya selalu terdapat penegasan gerakan Nazi adalah gerakan “Relijius”, bahwasanya Nazi mengemban misi dari Tuhan untuk menghapus etnis yahudi dari muka bumi.

Bangsa Jerman terbius oleh manipulasi sang fuhrer lalu pergi berperang yang menyebabkan puluhan juta jiwa tewas, belum termasuk korban genosida pembersihan etnis yang dilakukan Nazi terhadap yahudi eropa.

Agama Dibuat Senjata oleh Kelompok Ekstrem untuk Pemusnah Massal

Sebut “konflik agama” yang pernah ada di muka bumi, dari Crusade (perang salib), sampai konflik Bosnia, sampai Perang Suriah, tidak pernah urusan agama, melainkan urusan Wilayah, Kekuasaan dan Uang (minyak), dan agama jadi dalih nya.

Karena tidak ada cara lebih efektif untuk manipulasi “orang bodoh” agar mau melakukan “hal bodoh” yaitu dengan menggunakan agama.

Kita menyaksikan sendiri berbondong-bondong orang bodoh pergi ke Surah & Irak untuk bergabung dengan ISIS rela MATI SANGIT (mati konyol) berpikir akan masuk surga plus bonus 72 bidadari #Bodoh

Kita menyaksikan betapa ayat dan dalil dijual lebih murah dari kacang goreng saat Pilkada untuk kampanye negatif menjatuhkan calon lawan dan memenangkan calon yang diusung.

Begitu dahsyat daya bius dan daya hipnotis agama terhadap orang-orang bodoh, sehingga akal sehat mereka berhenti total, berkat dogma “menggunakan akal adalah sesat”.

Makar Berbungkus Agama

Yang diperjuangkan oleh Ormas terlarang adalah mendirikan khilafah menggantikan falsafah Pancasila adalah gerakan makar tidak ada bedanya dengan PKI.

Bedanya dengan PKI, gerakan ini dibungkus agama, dibungkus dengan bendera tauhid, dibungkus dengan dalil sehingga orang-orang bodoh tidak bisa melihat kebatilan karena terlanjur “silau” oleh kemasan agama.

Wejangan Ibnu Rusyid “Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkus yang batil dengan agama.”, memang nyata adanya. Kita hanya bisa berdoa semoga populasi orang bodoh lebih sedikit daripada populasi orang cerdas, aamiin.

Tak lupa juga, mari kita berdoa agar Revisi UU terorisme segera disahkan, supaya gerakan-gerakan makar berkedok agama dapat segera dibasmi tuntas, tas, tas, tassss, aamiiin.

Jangan mau tertipu…

Khilafah No Pancasila Yes

Monday, August 19, 2019

PAK JOKOWI! WAHABI, KHILAFAH, ISLAM RADIKAL DI SEKOLAH2 & KAMPUS ANCAM NKRI

Gbr Ilustrasi


PAK JOKOWI! WAHABI, KHILAFAH, ISLAM RADIKAL DI SEKOLAH2 & KAMPUS ANCAM NKRI

Sungguh menakutkan, Itu wajah sekolah dan kampus negeri di Indonesia. Intoleransi, anti keberagaman, anti pluralisme telah merasuk. Penyebabnya adalah mewabahnya Wahabi, Khilafah, dan Islam radikal di lingkungan pendidikan yang terkait dengan faktor di luar sekolah dan kampus yang juga lebih menakutkan. Perilaku khilafah yang nyata dijadikan rujukan anak sekolah dan mahasiswa. Serem beneran kan...

Surat yang beredar tentang Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai pusat kegiatan Islam radikal bukan isapan jempol. Gerakan bersih-bersih -untuk menguatkan Islam radikal- ala Islam radikal berlangsung. Caranya? Mereka menguasai seluruh alat kelengkapan akademis dan kegiatan di kampus. Rektor, Dekan, Senat Universitas, Senat Mahasiswa, Unit kegiatan, masjid dan unit bisnis mereka kuasai.

Sebelumnya di tingkatan pendidikan dasar dan menengah juga dilakukan penguasaan secara taktis. Di PAUD, SD, SMP, radikalisme dibangun lewat guru. Lembaga pendidikan berkedok IT, seperti SDIT, hampir dapat dipastikan dimiliki oleh PKS dan HTI. Di SMA mulai dengan kegiatan yang disebut Rohis dan OSIS. Di kampus mereka lebih radikal lagi. Siklus sejak PAUD sampai perguruan tinggi menggurita.

Wajah sekolah dan kampus negeri di Indonesia penuh rasa intoleransi. Gerakan Wahabi, khilafah, dan ajaran Islam radikal di Sekolah dan Kampus telah memicu intoleransi. Gerakan yang sudah 30 tahun lebih bergerak itu kini tengah memanen hasilnya. Intoleransi, anti-Pancasila, anti kemapanan, anti pemerintahan muncul di masyarakat. Negara dalam bahaya. Eksistensi NKRI terancam.

(PKS adalah salah satu wujud panen konservatisme agama yang formal dan legal yang mirip Partai AKP di Turki. Ideologi mereka pun sama: Ikhwanul Muslimin. Yang di Mesir dan banyak negara Teluk, IM adalah organisasi teroris. FPI potret pembiaran ormas gerakan Islam radikal di masyarakat, pemicu kisruh atas nama agama).

Wahabisme dan gerakan khilafah bersatu dengan Ikhwanul Muslimin di Indonesia. Ini fenomenal. Padahal ketiga gerakan Islam radikal itu memiliki perbedaan ideologi perjuangan. Namun, karena terdesak di Timur Tengah, dan berbagai belahan Bumi, mereka merapatkan barisan. Itu salah satu sebab PKS tetap mendapatkan dukungan suara di Pemilu 2019.

Kondisi di luar kampus dan lembaga pendidikan ini makin rusak lagi. Sebagian kecil (20% menurut survei) karyawan BUMN, ASN telah terpapar paham radikal. Ideologi khilafah. Buktinya di masjid-masjid BUMN beredar khotbah-khotbah ajaran khilafah oleh ustad eks HTI. Banyak pula ASN yang terang-terangan menentang Pancasila. Pengikut khilafah. Salah satunya yang fenomenal ya Adyaksa Dault.

Panen radikalisme ini menjadi tantangan Presiden Jokowi. Jika ingin Indonesia tidak hancur berkeping seperti Syria, rakyat sudah mendukung dengan tidak memilih Prabowo, maka Jokowi harus membenahi pendidikan sejak PAUD sampai perguruan tinggi. Caranya?

Jokowi akan mengintegrasikan seluruh kekuatan dan sumber daya untuk melawan ancaman ambruknya Indonesia oleh gerakan anti NKRI, anti-Pancasila, pro Khilafah dan ISIS. TNI/Polri harus dikuatkan dan dibersihkan dari unsur non Merah-Putih. Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek harus dibongkar agar memiliki kuku merangsek kampus seperti UI dan IPB. Pembersihan dari rektor sampai unsur lainnya.

Jokowi juga akan membuat kurikulum dasar untuk mengajarkan Kebangsaan, Nasionalisme, dan Kecintaan terhadap tanah air. Anak-anak Indonesia harus lebih mencintai bangsa dan budaya Indonesia dibanding dengan budaya Arab. Mahasiswa Indonesia harus bangga mengerek bendera Merah Putih. Bukan mengerek bendera Khilafah.

Karyawan BUMN dan ASN harus bangga melayani rakyat. Bukan menghisap gaji, pajak, korupsi untuk gerakan khilafah. KPK dan lembaga-lembaga negara harus bebas dari kepentingan gerakan khilafah.

Waktu 5 tahun adalah pendek bagi Jokowi. Jangan sampai waktu Jokowi habis untuk seremonial kekuasaan. Deal-deal dan menghabiskan waktu kisruh melayani kepentingan parpol. Jokowi harus segera bekerja untuk menunaikan janjinya: mempertahankan keutuhan NKRI dari kejatuhan ke tangah khilafah. Salah satunya lewat pendidikan. Dan, rakyat telah memilih dan mendukung pak Jokowi.

#JokowiMenang... #JokowiLagi... #2019JokoWidodoPresidenRI... Salam damai sejahtera bagi Rakyat / Bangsa Indonesia... Salam NKRI harga mati... Tuhan Yesus Memberkati Presiden Joko Widodo beserta jajarannya dan kita semua... 👌✊👏💪👍🙏🙏🙏🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬



Video 4 Hasil Penelitian SETARA INSTITUT tentang Kaum Islamis di Perguruan Tinggi Negeri

https://www.youtube.com/watch?v=D7WgHyW5vKo&feature=youtu.be

Kalangan Buruh Rentan Terpapar Paham Radikalisme


Ken Setiawan: Kalangan Buruh Rentan Terpapar Paham Radikalisme

Selain menyasar palajar dan mahasiswa, radikalisme juga rentan menyasar kalangan buruh, terutama pekerja yang datang dari daerah dan menjadi pendatang di ibu kota. Mereka juga sangat rentan direkrut kelompok radikal.

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan, kelompok radikal paling sering merekrut anggota dari kalangan muda, para pelajar, mahasiswa dan kalangan buruh.

“Representasi paling banyak itu selain kalangan pelajar dan mahasiswa adalah kalangan buruh,” kata Ken saat ditemui usai diskusi di ajang Kongres Pancasila di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Sleman, Jogjakarta.

Ken menjelaskan, banyak orang daerah datang ke ibu kota untuk mencari kerja. Ketika di Jakarta, mereka bertemu dengan orang-orang dari daerah asalnya. “Di Jakarta belum kerja, misalnya. Kemudian diberitahu di Jakarta itu mahal semua, dari harga kos-kosan, makan. Kemudian ditawari tinggal bersama,” ujarnya. Karena solidaritas antar perantau, sama sama berasal dari daerah yg sama, seolah senasib dan seperjuangan jadi tidak ada rasa curiga.

Karena merasa senasib dan sepenanggungan, atas dasar solidaritas, mereka mau saja saat direkrut ke kelompok radikal. Modus seperti ini telah terdeteksi dan dialami oleh sejumlah buruh di sekitar Jakarta seperti Bekasi, Cikarang, karawang tangerang dll.

“Di daerah Cikarang waktu itu salah satu perusahaan hampir seperempat karyawan yang berjumlah ribuan itu sudah teridentifikasi dan ini belum disentuh oleh pemerintah,” katanya.

Belum tersentuhnya permasalahan radikalisme di kalangan buruh karena tidak ada yang monitor, kalau pelajar dan mahasiswa misalnya biasa pulang sore tiba tiba sering pulang larut malam akan ketahuan, termasuk biasa pembayaran tepat tiba tiba selalu telat, bahkan ada yang justru tidak dibayarkan. Nah untuk kalangan buruh siapa yang pantau, mau nggak pulang sehari, seminggu atau sebulan juga kadang ndak ada yang peduli, paling yang punya kost atau kontrakan karena harus bayar perpanjang kontrakan.

Menurut Ken, mereka terpapar radikalisme karena terus diberi ajaran untuk membenci Pancasila dan negara Indonesia. “Jadi kalau mereka tidak mendapat pencerahan, berbahaya. Banyak anak hilang, merantau hilang, karena terpapar paham radikalisme,” ucapnya.

Untuk itu, Ken menyatakan mereka yang terpapar radikalisme perlu mendapat materi-materi kebangsaan. Selain itu, mereka harus diajak bergabung ke komunitas untuk menarik minat mereka.

“Melalui komunitas kearifan lokal, antar-daerah, motor, mobil, seni, olahraga dll. Kalau kita ajak ngaji atau seminar biasanya kurang direspon. Tapi efektif ketika suatu komunitas berkumpul/ kopdar menjadi mudah dan nyaman dalam menyampaikan pesan pesan kebangsaan,” ucapnya.

Ken berharap pemerintah hadir melalui kementrian dan lembaga untuk bekerja sama dengan pihak perusahaan, baik bumn maupun swasta untuk memberikan pencegahan bahaya radikalisme di kalangan karyawan/ buruh agar ketika mereka di dekati atau di rekrut untuk bergabung dalam kelompok radikal sudah bisa mengidentifikasi dan menolak ajakan bergabung.

Konsepnya sama seperti narkoba, bahkan tingkat sakaunya lebih parah dari narkoba, jangan pernah coba coba, kalau berani coba dan tidak punya argumentasi dalil yang kuat maka bisa jadi akan terpapar paham radikalisme, waspada tapi jangan sampai pobia terhadap agama.

Diakui Ken, banyak laporan korban radikal dari kalangan buruh yang datang dari daerah sampai laporan kehilangan keluarga yang awalnya merantau tapi tak kunjung pulang. Sekali pulang berubah drastis, mulai mengkafirkan orang lain, tidak mau bergaul dan merasa dirinya paling benar.

Ken lewat NII Crisis Center membuka hotline pengaduan masyarakat di nomer whatsapp 08985151228

Ken berharap dengan sosialisasi meluas minimal akan mempersempit gerakan radikal, tutup Ken.

Sumber http://kamtibmasnkri.com/2019/08/18/buruhrawanradikalisme/

Boleh di share/ bagikan.

Tuesday, July 30, 2019

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, teroris menganut paham Takfiri


● Kupas Ideologi Teroris, Kapolri: Bagi Mereka Jihad Itu Rukun Islam ke-6 - News Liputan6.com
17 Jul 2018, 13:27 WIB
▪ Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, teroris menganut paham Takfiri. Mereka salah memahami jihad dan menjadikannya sebagai Rukun Islam ke-6.
▪ Karena itu, kelompok ini mudah mengkafirkan kelompok lain apabila tidak sependapat dengan ideologinya atau pemikirannya.
▪ "Saya lebih dari 1.000 (teroris) berdialog, mau di Indonesia, Filipina sampai Guantanamo sama pemahaman Takfiri. Bagi mereka jihad itu Rukun Islam ke-6, tadinya saya juga ketawa tapi ternyata dia meyakinkan betul," kata Tito di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (17/7/2018).
¤ Mantan Kepala BNPT ini menjelaskan, para teroris juga telah menganut paham salafi jihadis
yang disebarkan oleh Sayyid Qutb. Menurutnya, paham Sayyid Qutb itu diambil dari tulisan Ibnu Taimiyah yang membolehkan melawan pemimpin. Namun, konteks penerapannya tidak tepat.
https://m.liputan6.com/news/read/3591586/kupas-ideologi-teroris-kapolri-bagi-mereka-jihad-itu-rukun-islam-ke-6

● | Liputan Islam – Ulama Sejagat Menggugat Salafi Wahabi (Buku)
26/03/2014 —
□¤ Prof Dr. Said Ramadhan Al Buthi adalah salah satu ulama besar yang membongkar topeng mereka ini. Dalam bukunya As-salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Mazhab Islamy, beliau mengatakan bahwa Wahabi berganti  baju menjadi Salafi atau terkadang Ahlussunnah –seringnya tanpa diikuti waljamaah- karena mereka merasa risih disebut Wahabi. Selain itu mereka juga mengalami kegagalan dalam propaganda mereka karena imej buruk yang sudah tersebar atas nama Wahabi. Semua orang yang mengetahui sejarah Arab pasti akan tahu bahwa sejarah kemunculan Wahabi dipenuhi dengan tumpahnya darah kaum muslimin.
□¤Buku ini dengan rinci menjelaskan seluk-beluk Salafi Wahabi, dalam 3 bagian:
□¤Penyimpangan Tiga Tokoh Ulama Salafi Wahabi (Ibnu Taimiyah, Abdul Wahab, Nashiruddin Al Albani) Mewaspadai Para Tokoh Salafi Wahabi dan  Propaganda Mereka (antara lain: Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu Baz, Ibnu Utsaimin, Albani, Ibnu Fauzan, Nashir As-Sa’di, Al Madkhali, dll)Bantahan dari Ulama Internasional
□¤Di bagian ketiga ini, penulis membahas ratusan buku-buku para ulama Islam yang  membantah Salafi Wahabi, fatwa ulama Al Azhar bahwa Salafi Wahabi adalah sesat, serta pernyataan Pusat Fatwa Mesir dan Al Azhar bahwa pembagian tauhid versi Salafi-Wahabi adalah sesat.
□¤Ternyata pembagian tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyyah (sebagaimana yang gencar disebarluaskan di mentoring/kegiatan keislaman di kampus-kampus) adalah pembagian tauhid versi Salafi Wahabi.
http://liputanislam.com/multimedia/ulama-sejagat-menggugat-salafi-wahabi/

● Polisi Diraja Malaysia Sahkan Wahabi Ajaran Terorisme – ArrahmahNews
Des 16, 2015
▪ Polis Diraja Malaysia (PDRM) mengesahkan penganut fahaman terorisme atau militan bermula dari perkembangan ideologi Salafi Jihadi yang bersumber dari pandangan Ibnu Taimiyah dan serta tokoh-tokoh sealiran dengannya seperti Nasiruddin Al-Albani , lapor Utusan Malaysia dan TV3.
https://arrahmahnews.com/2015/12/16/polisi-diraja-malaysia-sahkan-wahabi-ajaran-terorisme/

Sunday, July 21, 2019

Upaya Merebut Prabowo dari Islam Radikal


Upaya Merebut Prabowo dari Islam Radikal

Saya menulis tulisan ini menjelang tengah malam, 26 Juni 2019. Esok hari 27 Juni 2019 akan menjadi hari bersejarah bagi demokrasi Indonesia, di mana MK akan membacakan putusan atas persidangan sengketa Pilpres 2019. Tulisan ini tidak akan membahas lagi bagaimana sidang kemarin telah berjalan. Tulisan ini justru mengetengahkan wacana dunia politik Indonesia beberapa hari atau minggu ke depan.

Sama-sama kita tahu bahwa kubu Prabowo-Sandi telah memilih jalur hukum yang bermartabat bagi gugatan mereka atas hasil Pilpres 2019. Hal ini patut kita hormati dan kita apresiasi. Bagaimana pun kesediaan menempuh proses hukum adalah sikap mulia seorang warga negara. Dan sebaliknya, penolakan terhadap proses hukum adalah sikap tercela. Prabowo memilih jalur damai di MK daripada turun ke jalan melakukan "people power" seperti yang diserukan oleh para pendukungnya sejak sebelum Pilpres berlangsung. Prabowo sampai di sini menunjukkan sikap negarawan yang patut kita hargai.

Tidak hanya itu, Prabowo juga sudah menyatakan akan menerima apapun hasil sidang MK dan melarang pendukungnya turun ke jalan melakukan demonstrasi. Lagi-lagi ini adalah sikap ksatria yang secara eksplisit patut kita acungi jempol. Dari pernyataan sikap Prabowo ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa di kalangan elit bangsa kita sudah tidak ada lagi perseteruan. Bahkan beberapa hari terakhir, media massa baik elektronik, cetak, maupun online mengetengahkan isu-isu rekonsiliasi antara kubu Jokowi dan Prabowo. Awalnya penulis sangat tidak setuju dengan isu rekonsiliasi ini. Bagi penulis, Jokowi telah mengkhianati kontituennya jika melakukan rekonsiliasi politik dengan Prabowo. Namun, setelah mengamati banyak fenomena melalui media berita yang ada, penulis merubah pikiran dalam masalah rekonsiliasi ini.

Salah satu fenomena yang merubah pikiran penulis adalah sikap FPI yang tidak menurut pada perintah Prabowo dengan ingin tetap melakukan aksi massa. Artinya FPI sudah tidak satu komando dengan Prabowo. Lalu FPI mau memperjuangkan siapa? Memperjuangkan Prabowo? Sedangkan Prabowo sudah menyatakan siap menerima apapun keputusan MK, termasuk jika dia kalah dalam persidangan tersebut. Ada yang janggal. Ada sesuatu yang menarik dan pastinya memiliki hubungan erat dengan sikap Prabowo, isu rekonsiliasi, dan nasib berbagai aliran Islam Politik juga Islam radikal di Indonesia.

Berita terakhir yang penulis baca dari media online JJPN menyebutkan bahwa orator PA 212, Marwan Batubara menyatakan "ancaman" kepada Prabowo jika Prabowo menerima tawaran rekonsiliasi dan mengakui kekalahan. "Anda (Prabowo) mengkhianati itu, anda tak pantas jadi pemimpin. Silakan anda ambil jalan sendiri, kami akan ambil jalan advokasi demi tegaknya Indonesia," kata Marwan. Berita ini bisa dilihat di link berikut ini:  https://www.jpnn.com/news/orator-pa-212-ancam-prabowo-subianto-anda-berkhianat-silakan-jalan-sendiri

Ini semakin membuat penulis berubah pikiran. Penulis menangkap satu simpul rumit dari gerakan Islam radikal di Indonesia melalui fenomena terakhir ini. Sama-sama kita tahu bahwa HTI secara struktur telah dihabisi oleh Jokowi. Sementara FPI hingga hari ini masih ketar-ketir soal perijinan di Kemendagri. Begitu pula pergerakan kelompok teroris seperti MIT, JAD, JAT, dan lain-lain sudah banyak dibabat oleh Densus 88 Anti-Teror.

Di sisi lain, mereka kaum radikal Islam baik yang melalui jalan politik ataupun teror, selama ini menggantungkan harapan pada satu sosok yaitu Prabowo. Bagi mereka Prabowo akan bisa menjadi "juru selamat" bagi pergerakan mereka di Indonesia. Mereka berpikir bahwa Prabowo bisa diandalkan untuk melindungi eksistensi mereka di Nusantara.

Namun sepertinya mereka lupa, Prabowo bukanlah sosok yang cukup Islamis. Prabowo bahkan secara tegas menolak paham khilafah. Jika pun selama ini Prabowo dekat dengan tokoh-tokoh Islam radikal, itu cuma kedekatan politik saja. Dan politik nilai-nilainya selalu berubah setiap harinya.

Ucapan Marwan yang dikutip dari JJPN, mengindikasikan ada friksi antara Prabowo dan kaum Islam radikal. Jika saya ada di posisi Prabowo, rekonsiliasi bisa jadi jalan penutup kerugian kekalahan di dua Pilpres yang telah berlalu. Artinya Prabowo tidak mungkin sanggup bertahan begitu lama menjadi oposisi. Dia telah merelakan banyak biaya politik yang tidak murah. Jika dia harus menuruti kemauan kelompok Islam radikal, apakah mereka bisa mengganti kerugian di dua Pilpres?

Meski begitu penulis tetap berada di pendapat awal penulis, bahwa Prabowo menyimpan aib besar sejarah bangsa Indonesia di akhir masa Orde Baru. Penulis menolak lupa terhadap hal ini. Penulis juga sadar betul ada banyak orang-orang Orde Baru terutama anak-anak Cendana yang ingin bangkit kembali dengan membonceng Prabowo. Tapi penulis tidak mentolerir jika Islam radikal harus mendapatkan ruang dan nafas di bumi Nusantara.

Penulis akhirnya membuat beberapa dugaan, sekali lagi, ini hanya dugaan bisa benar bisa salah. Dugaan tersebut adalah, pihak Jokowi dan gerbong politiknya sedang dihadapkan pada dilema, apakah harus tetap berkonfrontasi dengan Prabowo selama lima tahun ke depan dengan begitu tetap membuat kelompok Islam radikal bernafas dan bernaungan di gerbong politik Prabowo, atau berdamai dengan Prabowo di mana ini tentu akan memberi celah kepada orang-orang dekat Prabowo untuk masuk ke lini pemerintahan. Buah simalakama rasanya.

Namun penulis sadar, bahwa di samping Jokowi ada KH. Ma'ruf Amin. Beliau seorang ulama sekaligus politisi senior bangsa ini. Tentu pasti ada nasihat-nasihat yang meluncur ke telinga Jokowi. Mungkin kaidah Ushul Fiqh yang tentu sangat dipahami oleh Ma'ruf Amin yang berbunyi "akhafu baina dhararain" (memilih yang paling ringan bahayanya di antara dua bahaya) telah dibisikan ke telinga Jokowi.

Memberi ruang kepada orang-orang Prabowo masuk ke pemerintahan bisa jadi bukan pilihan baik, kita sama-sama tahu track record mereka. Namun setidaknya bangsa kita masih punya hukum dan orang-orang Prabowo bukanlah orang-orang yang kebal hukum atau berani melawan hukum. Sudah terbukti beberapa orang dari orang-orangnya Prabowo kini telah taat dan menjalani proses hukum. Lihat saja Ratna Sarumpaet dan Kivlan Zein.

Namun bagaimana jika tetap memberi ruang dan nafas bagi Islam radikal di Indonesia dengan tetap membiarkan mereka punya kendaraan politik? Ini pilihan yang sangat buruk, dan mestinya tidak boleh dipilih sama sekali. Kelompok Islam radikal di belahan dunia mana pun bukanlah kelompok yang patuh terhadap hukum negara. Mereka telah terdoktrin bahwa satu-satunya hukum yang patut mereka taati adalah hukum yang diklaim sebagai "hukum Allah". Dengan memberi mereka kendaraan politik meski itu berupa oposisi, mereka akan sangat membahayakan NKRI. Kelompok Islam radikan akan bisa bergerak bebas dengan memiliki akomodasi politik sebagai oposisi. Saya pikir orang seperti Jokowi tidak akan mau mempertaruhkan NKRI demi kepentingan politiknya.

Maka dugaan kedua saya adalah, Jokowi hendak "mengambil" Prabowo dari pelukan Islam radikal. Dengan begitu, Islam radikal tidak lagi mempunya gerbong politik. Mereka akan jadi "lone wolf" yang tak punya akomodasi untuk bergerak. Dan itu kesempatan besar bagi Jokowi untuk menghabisi mereka. Itu kenapa Marwan begitu emosional mengancam Prabowo. Islam radikal tanpa Prabowo hanya akan jadi gerbong rapuh tanpa lokomotif. Kelompok mereka yang sudah menggurita di tengah masyarakat bahkan di lembaga pemerintahan dan BUMN bisa dengan mudah teralienisasi dengan bercerai dari Prabowo. Mereka tidak bisa lagi memanfaatkan "hak" demokrasi untuk mengacak-acak bangsa ini.

Maka jika memang menarik Prabowo dan melepaskannya dari kontrak politik dengan Islam radikal harus dilakukan demi menjaga NKRI, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika, maka lakukanlah, Pak Dhe Jokowi! Kami generasi muda Indonesia yang ingin Indonesia tetap sebagai negara majemuk, plural, dan rukun selalu ada di barisanmu.

Semoga damai selalu menaungi Indonesia.

Saturday, July 20, 2019

ORGAN FUNGSIONAL HTI



https://youtu.be/cghkT98Aock

 ORGAN FUNGSIONAL HTI

Selain organ struktural seperti di atas, ada Organ Fungsional.

Organ fungsional yang masih diaktifkan sekarang:
1. Lajnah Thalabun Nushrah.
Lajnah ini bertugas menyusup ke TNI/Polri untuk merekrut perwira tinggi dan menengah kemudian dibina dalam halaqah-halaqah HTI dan ditugaskan melakukan kudeta!
Lajnah ini amat-sangat rahasia!!
Di tingkat pusat hanya ada lima orang anggota.
Dipimpin oleh seorang Ketua Lebih dan disupervisi langsung oleh Amir Hizbut Tahrir internasional!

2. Lajnah Fa'aliyah.
Lajnah ini bertugas menyusup ke lembaga-lembaga negara, partai politik dan ormas Islam untuk merekrut ketua lembaga seperti ketua MPR, DPR, DPD, menteri-menteri, MA, MK, Kejaksaan Agung, ketua partai dan ormas-ormas kemasyarakatan kemudian dibina dalam halaqah-halaqah HTI dan ditugaskan mengkondisikan lembaga negara, partai dan ormas-ormas untuk mendukung kudeta yang dieksekusi oleh dewan jenderal yang telah dibina oleh Lajnah Thalabun Nushrah.
Melakukan kudeta di tingkat pusat hanya ada lima orang anggota.
Dipimpin oleh seorang Ketua Lebih dan disupervisi langsung oleh Amir Hizbut Tahrir internasional.

Ketua Lajnah Fa'aliyah HTI sekarang adalah M. Rahmat Kurnia ( dosen IPB ).

3. Lajnaj siyasiyah.
Lajnah ini bertugas membangun opini masyarakat!
Masyarakat dipastikan menyerang pemerintah agar masyarakat mendukung Khilafah melalui tulisan yang disebarkan dengan nama fiktif!
Seperti:
Nasrudin Hoja, buletin Kaffah, tabloid Media Umat dan channel Youtube Khilafah Channel, dll.
Lajnah ini juga yang mengatur dan mensupervisi gerakan LBH PELITA UMAT
LBH ini bentukan HTI.

4. Lajnah Khos Ulama.
Lajnah ini bertugas menyusup ke pesantren-pesantren dan majlis ta'lim untuk merekrut para kiai dan ustadz yang akan dibina dalam halaqah-halaqah HTI untuk memberi dukungan bagi tegaknya Khilafah versi HTI.
Lajnah ini diiisi oleh anggota senior HTI yang punya latar belakang santri
Antara lain,
Mustofa Ali Murtadha, Yasin Muthahhar, Ahmad Junaidi (Gus Juned), Nurhilal Ahmad, Abdul Karim, dll.
Mereka mempublikasi kegiatan di www.shautululama.id

5. Lajnah Thullab wal Jami'ah.
Lajnah ini bertugas merekrut pelajar dan mahasiswa melalui Rohis dan LDK yang berafiliasi ke HTI dan melalui komunitas milineal yang dibuat oleh aktivis HTI seperti:
#yukngaji yang diinisiasi oleh Felix Siauw, KARIM, dll.
Untuk LDK-LDK yang berafiliasi dengan HTI dikumpulkan dalam BKLDK dan Gema Pembebasan.

6. Jurubicara
 M. Ismail Yusanto didampingi wakilnya Farid Wajdi.

7. Mudir Maktab
Yang dijabat oleh Anwari alias M. Anwar Iman alias Suwarno.
Selain menjadi pusat data, informasi dan administrasi internal, mudir maktab juga menjadi penterjemah surat-surat dari Amir HT Internasional.
Dan mengelola majalah internal al-Wae'ie.

8. Lajnah Dosen, Peneliti dan Akademisi.
Bertugas merekrut para akademisi (dosen, peneliti, tenaga administrasi kampus) untuk dibina dalam halaqah-halaqah HTI.
Lajnah ini dikomandani oleh:
Prof. Fahmi Amhar dibantu DR. Kusman Sadik (dosen IPB), DR. Fahmi Lukman (dosen Unpad), dll.

++++++++++++
Wajib di virakan, biar gak banyak umat lslam TERTIPUUU..

Mencengangkan, HTI Sudah Membuat UUD Negara Khilafah!


Mencengangkan, HTI Sudah Membuat UUD Negara Khilafah!

Oleh: Mohamad Guntur Romli

Tidak banyak yang tahu kalau Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah menyiapkan Undang-undang Dasar (UUD) Negara Khilafah, mereka sudah memutuskan bentuk negara, sistem pemerintahan, perangkat dan aparat negara dan pemerintahan yang jelas-jelas bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

UUD Negara Khilafah versi Hizbut Tahrir sudah diresmikan oleh Hizbut Tahrir Internasional, sebagai pusat partai politik internasional.

Tulisan ini akan mengulas dan membongkar UUD Negara Khilafah Hizbut Tahrir bersumber dari kitab-kitab utama mereka yang disebut “mutabanni” (kitab adopsian).

Namun sebelumnya saya ingin mengapresiasi siapa pun yang telah ikut menyebarkan tulisan saya sebelum ini “Membungkam Jubir Hizbut Tahrir, HTI di Pengadilan” baik menyebarkan melalui website, WA, facebook, twitter, instagram dll nya.

Semoga usaha kita ini dicatat oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai bentuk kecintaan kita pada Ibu Pertiwi, Indonesia yang kini dirongrong oleh sebuah partai politik internasional yang ingin mengubah Republik Indonesia menjadi Negara Khilafah.

Saya pun berharap bagi semua warga negara Indonesia khususnya kaum Muslimin yang terpanggil “hubbul wathan minal iman” (mencintai tanah air adalah bagian dari iman Islam), ikut menyebarkan tulisan saya ini dan tulisan-tulisan saya berikutnya. Sebelum mengulas lebih detil apa UU Khilafah mari kita bahas bgaimana bentuk dan dasar2 negara Khilafah.

NEGARA KHILAFAH HIZBUT TAHRIR

Sebelum saya mengulas UUD dan Bentuk Negara Khilafah Hizbut Tahrir, saya mengajak anda untuk mengingat kembali apa itu Hizbut Tahrir dan apa tujuannya:

Hizbut Tahrir adalah partai politik yang ideologinya adalah Islam.
Politik aktivitasnya, Islam ideologinya, dan ia beraktivitas di antara umat dan bersamanya untuk menjadikan Islam sebagai topik utama, serta memimpin ummat untuk mengembalikan Khilafah dan hukum yang diturunkan oleh Allah.

Hizbut Tahrir adalah organisasi politik, bukan organisasi spiritual (seperti tarekat), bukan organisasi ilmiah/ akademik (surat lembaga riset), bukan organisasi pengajaran (seperti madrasah, universitas, sekolah), bukan organisasi sosial kemasyarakatan (yg melayani sosial, ekonomi, pendidikan dan kemaslahatan masyarakat).

{Ini halaman 4 dari buku Ta’rif (Definisi Hizbut Tahriri) yang dikeluarkan resmi oleh Hizbut Tahrir internasional, 29 Naisan (April) 2010.}

Intinya: Hizbut Tahrir adalah PARTAI POLITIK Internasional, bukan Ormas, bukan lembaga pendidikan, bukan lembaga spiritual keagamaan, dst dan tujuannya: MENDIRIKAN NEGARA KHILAFAH

UUD Negara Khilafah Hizbut Tahrir Bertentangan dan Menolak UUD 1945!

UUD Negara Khilafah dan Bentuk Negara Khilafah sudah diputuskan dan ditulis oleh Pendiri Hizbut Tahrir, Taqiyudin An-Nabhani sejak tahun 1953 dalam buku yang ia tulis “Nidzamul Islam” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “Peraturan Hidup dalam Islam”.

UUD Negara Khilafah dalam buku ini berisi 191 Pasal, yang tujuannya membangun sebuah negara agama yang mutlak dikendalikan oleh seorang pemimpin tertinggi dengan kewenangan yang absolut yang disebut Khalifah.

Dalam UUD ini tidak ada pembagian kewenangan eksekutif, yudikatif dan legislatif, karena kewenangan ini semuanya ada di tangan Khalifah, dia tidak punya masa jabatan, punya hak melegislasi UU, mengangkat hakim-hakim peradilan.

Pasal 1 disebutkan: “Akidah Islam adalah dasar negara. Segala sesuatu yang menyangkut institusi negara, termasuk meminta pertanggungjawaban atas tindakan negara, harus dibangun berdasarkan akidah Islam.”

Pasal 2 membagi dua jenis negara menjadi 2 saja: Negara Islam dan Negara Kafir, dan buku Ta’rif Hizbut Tahrir disebutkan: tidak ada satu pun negara di dunia saat ini yang bisa disebut Negara Islam, semuanya Negara Kafir meskipun penduduknya mayoritas muslim, karena menjalankan Hukum Kafir (termasuk Indonesia) ini di halaman: 14 dan 95.

Pasal 3 menyebutkan Khalifah, sebagai pemimpin tertinggi juga punya kewenangan legislasi mutlak: “Khalifah melegislasi hukum-hukum syara’ tertentu yang dijadikan sebagai undang-undang dasar dan undang- undang negara.
Undang-undang dasar dan undang-undang yang telah disahkan oleh Khalifah menjadi hukum syara’ yang wajib dilaksanakan dan menjadi perundang-undangan resmi yang wajib ditaati oleh setiap individu rakyat, secara lahir maupun batin.”—

Dari perseptif UUD negara Indonesia, Khalifah ini menjadi Presiden sekaligus menjadi DPR yang punya hak membuat dan mengesahkan UU.

Pasal 7 Syariat Islam berlaku baik untuk muslim dan non muslim: “Negara memberlakukan syariah Islam atas seluruh rakyat yang berkewarganegaraan (Khilafah) Islam, baik Muslim maupun non-Muslim”

Pasal 8 menegaskan Bahasa Arab adalah bahasa resmi Negara Khilafah Hizbut Tahrir —meski banyak sekali elit-elit Hizbut Tahrir di Indonesia—apalagi pengikutnya—yang tidak bisa bahasa Arab.

“Pasal 8 Bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa Islam, dan satu-satunya bahasa resmi yang digunakan negara.”

Pasal 11 tugas pokok negara adalah dakwah Islam, bukan “untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” seperti dalam Pembukaan UUD 1945, kalau Negara Khilafah tegak, maka ormas keagamaan kemasyarakat seperti NU, Muhammadiyah, Persis dll akan bubar karena tugasnya dakwah Islam sudah diambil Negara Khilafah.
“Pasal 11: Mengemban da’wah Islam adalah tugas pokok negara.”
Kekuasan pemerintahan hanya diperuntukkan untuk kalangan laki-laki saja: “Pasal 19: Tidak dibenarkan seorang pun berkuasa atau menduduki jabatan apa saja yang berkaitan dengan kekuasaan, kecuali orang itu laki-laki, merdeka, baligh, berakal, adil, memiliki kemampuan dan beragama Islam.”

Meskipun partai politik diperbolehkan didirikan di Negara Khilafah tapi mutlak harus berdasarkan Islam, dan segala jenis perkumpulan yang tidak berdasarkan Islam dilarang secara mutlak.
“Dan negara melarang setiap perkumpulan yang tidak berasaskan Islam.” (Pasal 21).

Dalam Struktur Negara ditetapkan hanya 13 (tidak boleh ditambah atau dikurangi karena ini sudah keputusan mutlak Taqiyudin An-Nabhani) dan TIDAK ADA PENDIDIKAN dan lembaga Peradilan (Yudikatif) di bawah kekuasaan Khalifah:

Pasal 23

Struktur negara terdiri atas tiga belas bagian:

a. Khalifah
b. Mu’awin Tafwidl
c. Mu’awin Tanfidz d. Al-Wulat
e. Amirul Jihad
f. Keamanan Dalam Negeri
g. Urusan Luar Negeri
h. Perindustrian
i. Al-Qadla
j. Kemaslahatan Umat
k. Baitul Mal
l. Penerangan
m. Majelis Umat (Musyawarah dan Muhasabah).”

Jadi anda akan membayangkan Khalifah dalam Negara Khilafah ini adalah Presiden sekaligus  Ketua MPR dan DPR, Ketua MA, Ketua MK, Ketua KPK, dan semua kewenangan yang terpusat pada satu orang: Khalifah!

Pasal 26 hak memilih Khalifah hanya milik muslim saja, NON-MUSLIM TIDAK PUNYA HAK MEMILIH, apalagi dipilih.

Setelah Khalifah dibai’at dan dianggap sah, maka kaum muslim yang lain dipaksa untuk berbai’at.

"Setiap orang yang menolak dan memecah belah persatuan kaum Muslim, dipaksa untuk berbaiat.”
(Pasal 27).

Pasal 36 menegaskan wewenang Khalifah baik sebagai Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif, sekaligus sebagai Panglima Tertinggi Militer yang memiliki kekuasaan absolut, mutlak, dan sentralistik.

Pasal 36 Khalifah memiliki wewenang sebagai berikut:

a. Dialah yang melegislasi hukum-hukum syara’ yang diperlukan untuk memelihara urusan-urusan umat, yang digali dengan ijtihad yang sahih dari kitabullah dan sunah rasul-Nya, sehingga menjadi perundang-undangan yang wajib ditaati dan tidak boleh dilanggar.

b. Dialah yang bertanggung jawab terhadap politik negara, baik dalam maupun luar negeri.
Dialah yang memegang kepemimpinan militer.
Dia berhak mengumumkan perang, mengikat perjanjian damai, gencatan senjata serta seluruh perjanjian lainnya.

c. Dialah yang berhak menerima atau menolak duta-duta negara asing.
Dia juga yang berhak menentukan dan memberhentikan duta kaum Muslim.

d. Dialah yang menentukan dan memberhentikan para Mu’awin dan para Wali, dan mereka semua bertanggung jawab kepada Khalifah sebagaimana mereka juga bertanggung jawab kepada Majelis Umat.

e. Dialah yang menentukan dan memberhentikan Qadli Qudlat (Hakim Agung)

f. Dialah yang menentukan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara.
Dia pula yang menentukan rincian nilai APBN, pemasukan maupun pengeluarannya.”

Masa jabatan Khalifah tidak terbatas, hal ini ditegaskan dalam Pasal 39 “Tidak ada batas waktu bagi jabatan Khalifah. Selama mampu mempertahankan dan melaksanakan hukum syara’, serta mampu menjalankan tugas-tugas negara, ia tetap menjabat sebagai Khalifah”

Demikian ulasan tentang UUD Negara Khilafah yang telah ditetapkan oleh Hizbut Tahrir Internasional sejak tahun 1953, apabila anda tertarik untuk membaca lebih lanjut silakan unduh buku

Nidzamul Islam (Arab)

http://www.hizb-ut-tahrir.org/index.php/AR/bshow/39/

Nidzamul Islam, The System of Islam (english)

http://www.hizb-ut-tahrir.org/index.php/EN/bshow/1694/

Dari bacaan di atas maka UUD Negara Khilafah tidak lebih sebagai:

1. Negara Agama, Negara Islam yang bersifat mutlak, tidak boleh ada partai dan perkumpulan apapun yang berdasarkan selain Islam

2. Khalifah memiliki wewenang yang absolut, mutlak dan sentralistik, kalau kita bandingkan pada sistem pemerintahan saat ini, seorang Khalifah itu sebagai Presiden, MPR dan DPR, MA, MK, KPK dll semua kekuasaan dan kewenangan berpusat pada dirinya, ditambah lagi tidak ada masa jabatan bagi seorang Khalifah.

Untuk ulasan lain terkait Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan, serta Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akan saya ulas dalam tulisan berikutnya.

Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq

Dalam membongkar UUD Negara Khilafah Hizbut Tahrir saya berdasarkan 3 buku utama mereka dan 1 buku Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia.

3 buku utama mereka adalah:

1. Buku Nidzamul Islam, karya pendiri Hizbut Tahrir, Taqiyudin An-Nabhani, yang merupakan buku sentran ideologi dan gerakan Hizbut Tahrir, karena buku-buku selanjutnya Hizbut Tahrir hanyalah penjelasan atas buku ini (tidak ada penambahan, apalagi koreksi!

Karya-karya Taqiyudin bagi Hizbut Tahrir bersifat mutlak, tidak boleh seorang pun di kemudian hari menambahkan, apalagi mengoreksi, meskipun itu Amir/ Pemimpin Tertinggi Pengganti Taqiyudin. Misalnya Abdul Qadim Zallum, Pengganti setelah Taqiyudin menulis kitab yang merupakan penjabaran atas buku “Nidzamul Islam” Taqiyudin diberi judul “Nidzamul Hukmi fil Islam”, sementara Atha Abu Ar-Rasytah pengganti Abdul Qadim Zallum di eranya menjabarkan “UUD Negara Khilafah” yang sudah ditulis oleh Taqiyudin dalam “Nidzamul Islam” dengan menerbitkan sebuah buku “Ajhizatu Dawlah Al-Khilafah” yang merupakan “blueprint”. Bentuk dan Sistem pemerintahan dan  Administrasi Negara Khilafah versi Hizbut Tahrir.

2. Buku “Ajhizatu Dawlah Al-Khilafah” yang sudah disinggung di atas, yang ditulis dan diterbitkan pada era Amir Ketiga Hizbut Tahrir Internasional, Atha Abu Ar-Rasytah pada tahun 2005, tapi sebenarnya merujuk dan menjabarkan pada UUD Negara Khilafah Hizbut Tahrir yang sudah ditulis Taqiyudin pada tahun 1953.

3. Buku “Ta’rif Hizbut Tahrir”, buku tentang, statuta, definisi Hizbut Tahrir yang resmi dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir Internasional, yang ditetapkan 15 Jumadal Ula 1431 H/29 Naisan (April) 2010 dan termasuk dalam daftar buku-buku utama (mutabanni) Hizbut Tahrir.

Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia tahun 2009, penggunaan istilah Manufesto oleh Hizbut Tahrir ini menarik, mengingatkan kita pada Manifesto Komunis yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels (1848). Saya sebagai saksi fakta yang dihadirkan di Pengadilan 8 Maret 2018 sebenarnya ingin menyinggung hal ini, tapi karena saya tidak boleh berpendapat, saya hanya boleh bersaksi atas apa yang saya lihat, dengar, ketahui dan alami, kalau pendapat merupakan wewenang saksi ahli, namun dalam kesempatan ini izinkan saya memfokuskan bahwa Hizbut Tahrir memiliki persamaan yang jelas dengan bentuk, struktur dan jaringan Komunis Internasional yang biasa disingkat Komintern.

Penggunaan kata Manifesto adalah bukti yang utama, Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia dan Manifesto Komunis, seperti halnya Komunisme Internasional, Hizbut Tahrir adalah partai politik internasional, sama-sama memperjuangkan satu asas, satu bentuk negara, dan tunduk pada kepemimpinan internasional.

Namun soal kesamaan Hizbut Tahrir dengan Komunisme Internasional saya akan ulas di tulisan yang berbeda, dalam tulisan ini saya mau fokus pada masalah membongkar UUD seperti tsb diatas.

Nah..bgmna pandangan anda jika negara Khalifah terbentuk di Indonesia...betapa mengerikan, bukan?? , disinilah Bpk Jokowi mempertaruhkan jiwa raganya untk menyelamatkan NKRI dgn membubarkan HTI yg sebelumnya tdk ada kepala negara yg berani membubarkan HTI . INI FAKTA  Semoga bangsa Indonesia selalu dalam lindunganNya ... Amin.

Friday, July 19, 2019

Kisah Perempuan Indonesia di Suriah: Anakku Digagahi di Depan Mataku


Kisah Perempuan Indonesia di Suriah: Anakku Digagahi di Depan Mataku

Ratusan pengungsi sedang beristirahat dan bermalam di sebuah tempat. Mereka ingin meninggalkan kota Raqqa yang dikuasai Daesh (ISIS) menuju sebuah kota di Turki. Ada percakapan antara wanita Indonesia dan wanita Suriah.

"Saya benar benar jadi korban propaganda Daesh. Jauh jauh suami saya mengajak kami sekeluarga meninggalkan Indonesia, ingin hidup dalam negara bersyariah dan Islami. Khilafah katanya lebih baik ketimbang negara Republik yang menganut paham demokrasi. Ditawarkan pekerjaan yang penghasilannya lumayan. Tentu saja kami tergiur, bisa hidup mapan sambil menabung amal untuk kehidupan akhirat nanti. Ternyata semuanya palsu. Suami saya dipenjara oleh Daesh. Saya hampir diperkosa. Anak perempuan saya mau dipaksa jadi istri pejuang Daesh. Kami ini korban Daesh," kata wanita asal Indonesia.

Wanita Suriah menjawab, "Korban ndasmu! Dasar botol (bodoh tolol)! Kalian itu pelaku, jangan sok jadi korban. Disebut korban adalah jika anda berada dalam kondisi diluar kekuasaan dan kendali anda. Seperti kami, yang dulu hidup tenang mencari nafkah dan membesarkan anak anak. Tiba tiba ada perang. Suamiku dipenggal kepalanya akibat tak mau ikut angkat senjata. Anak perempuanku digagahi didepan mataku sendiri, dan sekarang saya tidak tahu dia masih hidup atau tidak."

"Kalian enak hidup di Indonesia yang tenang dan damai, tak ada perang, tak ada Daesh. Tapi dengan kesadaran sendiri memilih datang ke negara kami untuk bergabung dengan Daesh. Apa kalian tak pernah melihat kekejian mereka menyembelih leher manusia seperti binatang? Apa kalian tak mendengar berita ada anak perempuan usia 12 th sudah dilelang di pasar budak untuk jadi pemuas nafsu sex mereka?"

"Pejuang pejuang Daesh itu berasal dari berbagai negara. Untuk apa kalian kesini? Untuk apa suamimu kemari? Suamimu sangat bodoh, membawa keluarganya ke negeri yang dilanda peperangan dan bersimbah darah. KALIAN ITU PELAKU, BUKAN KORBAN. Kalian ikut menghancurkan negeri kami dengan mimpi khilafahmu itu. Kita sama sama muslim, kenapa kalian tega menyakiti bangsa kami?"

Wanita asal Indonesia itu tak mampu berkata apa apa. Cuma menangis sesenggukan. Dalam hati dia berdoa agar tak ada lagi orang orang Indonesia yang berpikiran bodoh seperti suaminya, yang berpikir ingin membela agamanya sehingga rela meninggalkan kehidupan yang normal di Indonesia demi bergabung dengan Daesh yang perilakunya sangat barbar dan jauh dari nilai nilai kemanusiaan. Dia yakin agamanya adalah agama pembawa damai, bukan agama perusak.

Sekarang dia sadar bahwa suaminya cuma jadi korban doktrin sesat dari "guru gurunya", yang menganjurkan suaminya berangkat ke Suriah untuk membela agamanya. Membela agama macam apa yang bisa dilakukan di negara yang penuh kekerasan itu? Masih mendingan di Indonesia bisa menyantuni fakir miskin, membantu orang orang susah, dan menjadi guru ngaji bagi anak anak kecil di kampungnya. Itu lebih mulia dan berpahala.

(Sumber: Status Facebook Ari Wibowo)

THE DARK AND BLOODY SIDE Of KHILAFAH


THE DARK AND BLOODY SIDE Of KHILAFAH

"Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah kebatilan dengan agama”
[Ibnu Rusd]

Sudah baca buku “Islam Yes, Khilafah No” Jilid 2 karya Nadirsyah Hosen? Kalau belum, beli dan bacalah bukunya.
Umat Islam perlu mengetahui fakta sejarah kekhilafahan yang sebenarnya dan jangan mau di-bodoh2-i terus. Bodoh kok di-laminating…!?

Saya ber-kali2 menahan napas dan tak mampu meneruskan membaca buku ini. Saya harus berhenti membaca berkali-kali karena kisahnya begitu shocking, mengenaskan dan mengerikan.

Saya hampir tidak percaya bahwa kisah yang dituliskan itu nyata dan merupakan fakta sejarah. Masalahnya ini bukan sekedar sejarah tentang raja2 dan kaisar tapi ini sejarah kekhilafahan Islam.

Selama ini kekhilafahan Islam digambarkan oleh para pengusung khilafah dengan begitu gemerlap, indah, terberkati oleh Tuhan, satu-satunya solusi dunia, yang ternyata faktanya terbalik 180 derajat Celcius. Rasanya saya mau misuhi semua pentolan HTI yang selama ini telah membohongi umat Islam dengan gambaran yang keliru dan menyesatkan dari sistem khilafah yang mereka jajakan.

Buku pertama “Islam Yes, Khilafah No” juga sebenarnya telah menjelaskan betapa busuk, kejam, dan mengerikannya perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh para keluarga dari Dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah adalah dinasti yang mengakhiri kekuasaan Ali bin Abi Thalib ra sebagai salah satu dari Khulafaur Rasyidin empat khalifah Islam yang paling diagungkan dalam sejarah Islam.

Sulit dipercaya bahwa umat Islam pada zaman itu bisa begitu kejam dan telengas jika berurusan dengan perebutan kekuasaan. Tapi begitulah faktanya.

Tapi buku kedua yang bercerita tentang Dinasti Abbasiyah yang memiliki 37 khalifah yang berkuasa sejak tahun 750 – 1258 lebih mengejutkan, mengenaskan, dan mengerikan.

Saya sampai tidak percaya bahwa perebutan kekuasaan di antara mereka bisa begitu kejam, ganas, dan tak mengenal belas kasihan. Umat Islam yang mewarisi ajaran agama yang penuh belas kasih dari Nabi Muhammad seolah manusia2 barbar yang tidak pernah mengenal ajaran agama sama sekali? Sampai segitunya…?!

Kok rasanya lebih biadab ketimbang kisah “Games of Thrones” ya…?!

Tapi itulah fakta sejarah yang tidak akan pernah dikisahkan oleh para pengusung khilafah macam HTI. Mereka menipu umat Islam seolah sistem khilafah yang mereka tawarkan adalah suci, murni, syar’i, tak punya cacat, dan merupakan perintah Tuhan bagi umat Islam untuk mendirikannya.

Tentu saja ada di antara tokoh mereka yang sudah pernah membaca kisah kelam dari sistem khilafah ini dan tahu bahwa sebenarnya sistem ini bukanlah ajaran Islam yang diwajibkan bagi umat Islam melainkan hanya ijtihad semata.

Tapi kalau hati sudah tertutup oleh angan-angan dan ambisi, maka semua fakta dan kisah yang ada tidak akan membuat mereka berubah. Semoga dibukakan hati kalian untuk bertobat.
Aamiin!

Bahaya Ideologi HTI
Sejak awal tahun 2003 di Balikpapan saya sudah mencium bau busuk dari propaganda HTI dan sejak itu saya terus aktif menentang mereka baik melalui tulisan mau pun dalam forum diskusi langsung. Tentu saja saya dimusuhi oleh para pengusung dan pendukung HTI ini.

Ada seorang teman yang bertanya dengan setengah menggugat mengapa saya getol sekali menulis tentang bahayanya HTI dan perlunya umat Islam mengenyahkan gerakan mereka dari bumi persada ini. Bahkan ada banyak teman yang dengan terang-terangan membela HTI dan mengecam saya.

Saya bisa mengerti bahwa memang banyak umat Islam yang telah tertipu oleh pemikiran Islamisasi negara ala HTI ini. Belakangan ini banyak orang yang baru paham akan bahayanya gerakan Hizbut Tahrir setelah gerakan ini membesar dan terasa benar2 mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selama ini kita memang menganggap remeh gerakan berbahaya ini dan meski kemudian tersadar gerakan ini telah begitu menusuk dan merusak pemikiran banyak umat Islam. Untunglah kemudian Presiden Jokowi melarang gerakan ini mengikuti puluhan negara lain yang juga telah melarang gerakan ini di negara masing2.

Tapi keterlambatan ini jelas membawa ongkos yang tidak sedikit yang sampai sekarang dan entah sampai kapan masih harus kita bayar. Telah terlalu banyak umat Islam yang tertipu oleh gerakan ini.

Umat Islam Indonesia memang masih mudah dikecoh dengan segala atribut yang berbau agama. Dan itu sudah disampaikan oleh Ibnu Rusd ber-abad2 yang lalu dengan peringatannya :
"Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah kebatilan dengan agama.”

Umat Islam sangat mudah dikecoh dengan kemasan yang berbau agama dan itulah yang dilakukan oleh organisasi politik bernama Hizbut Tahrir ini.

Meski pun mereka jelas2 adalah organisasi politik yang berasal dari Timur Tengah toh sangat banyak umat Islam yang menganggap ini semacam lembaga dakwah Islam yang ingin membawa kemurnian dan kejayaan agama Islam dan menghancurkan kebatilan yang ada di Indonesia.

“HTI selama ini baik-baik saja dan pendukungnya adalah orang-orang yang taat beragama.”, demikian kata teman saya membela HTI. Tentu saja yang per-tama2 mudah ditipu oleh gerakan ini adalah orang2 yang taat beragama karena memang bungkus yang digunakan adalah agama dengan menggunakan hadist dan ayat-ayat Alquran.

HTI tidak akan mungkin didukung oleh non-muslim atau muslim yang tidak silau dengan atribut agama.

"HTI tidak pernah memberontak seperti PKI.” demikian katanya lagi.

Memang belum tapi pasti suatu saat akan memberontak. Tidak mungkin tidak. Seperti juga PKI dulu mereka hanya menunggu kapan mereka siap melakukannya. Dan itu sudah dilakukannya di beberapa negara.

Tahun 1974, Hizbut Tahrir melakukan kudeta dengan membunuh Presiden Anwar Sadat dan mengumumkan berdirinya negara Islam di Mesir di bawah kendali HT. Kudeta ini gagal dan semua pelakunya dihukum mati.
HT kemudian dilarang di Mesir.

Di Yordania, Bangladesh, Pakistan, Irak, dan Suriah mereka pun mencoba melakukan kudeta, dan gagal. Tapi tentu saja informasi kejahatan HT dan pembrangusan organisasi ini di berbagai negara tidak akan pernah disampaikan oleh para pendukung fanatik HTI. Itu akan membuat kedok dan belang mereka terbongkar.

Di Indonesia mereka melakukan cuci otak melalui ceramah dan pengajian supaya bisa mendukung gerakan mereka untuk mendirikan negara Islam. Mereka melakukan ini dengan massif, sistematis, dan terstruktur pada masjid-masjid, kampus-kampus, dan berbagai pengajian dan halaqah yang mereka masuki.

Mereka melakukan cuci otak pada umat Islam dengan menggunakan jargon2 agama yang tentu saja mereka kuasai dengan sangat baik. Itulah sebabnya* banyak sekali umat Islam yang terkecoh dan mengira bahwa mendirikan negara Islam adalah perintah Tuhan yang wajib ditaati. Mereka akhirnya terbius oleh racun dogma yang menyatakan bahwa negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah negara thagut yang harus diperangi dan harus diganti dengan sistem kekhilafahan ala HTI.

Tapi apa sih sebenarnya bahayanya gerakan HT ini?

Jelas sekali bahwa organisasi ini akan merongrong dan menggerogoti kecintaan rakyat pada bangsa dan negaranya. Umat Islam diajarkan untuk kufur terhadap nikmat kemerdekaan dan berdirinya bangsa dan negara NKRI karena bukan berbentuk khilafah.

Bahkan lebih daripada itu, warga muslim Indonesia diajak untuk melakukan makar dan berkhianat pada bangsa dan negaranya sendiri dengan menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara thagut yang tidak layak untuk diikuti dan patut ditentang. Hal ini menyebabkan warga muslim Indonesia kehilangan kepatuhan dan kesetiaannya pada pemerintah, bangsa dan negaranya.

Salah satu metode yang dilakukan oleh orang-orang HTI adalah mereka secara konsisten, sistematis, dan terstruktur mengembangkan kultur negatif pada masyarakat, khususnya umat Islam.

Orang-orang HTI memfokuskan dirinya untuk mencari-cari kesalahan pemerintah dan me nyebar2-kannya pada semua umat Islam.

Mereka fokus mengembangkan psikologi dan kultur negatif pada umat Islam agar mereka membenci pemerintah dan negaranya sendiri yang mereka cap thagut.

Dan semua itu mereka bungkus dengan manipulasi dakwah agama. Mereka secara sistematis berupaya menghilangkan kesetiaan umat Islam pada bangsa dan negara mereka.

Mereka selalu menyatakan bahwa umat Islam yang hidup di negara Indonesia yang thagut akan mati kafir. Padahal mereka sendiri hidup di Indonesia yang mereka tuding sebagai negara thagut yang artinya mereka sendiri akan mati kafir dengan sendirinya.
Tak ada sedikit pun kebaikan pemerintah di mata orang-orang HTI.

Sementara itu mereka meninggikan diri mereka dengan mengaku-ngaku menegakkan perintah agama utk mendirikan khilafah. Merekalah para pejuang agama yang kaffah sedangkan yang tidak ikut mereka adalah umat yang akan mati kafir. Semua orang dan pemerintahan adalah bathil kecuali mereka yang berada di jalan perjuangan menegakkan khilafah.

Apa yang paling buruk dari itu? Tentu saja karena mereka menggunakan kedok dakwah dan agama yang mereka selewengkan untuk menipu umat yang tidak sadar akan keburukan yang mereka sebarkan.

Mereka menggunakan kedok sebagai organisasi massa padahal apa yang mereka lakukan adalah kegiatan politik untuk mengkhianati perjuangan bangsa demi sebuah ideologi politik dari negara asing yang di negara asalnya pun mereka ditolak dan dilarang.

Khilafah adalah bagian dari produk ijtihad masa lampau dan telah habis masanya pada tahun 1924.
Sejarah kekhilafahan faktanya ternyata jauh lebih mengerikan dan biadab ketimbang yang pernah kita tahu dan mungkin tidak pernah disampaikan pada kita.
Khilafah juga bukan bagian inti dari ajaran Islam.

Ia tidak terdapat dalam rukun iman atau pun rukun Islam. Semua itu bisa kita ketahui dan pahami jika kita mau membaca buku-buku sejarah tentang kekhilafahan yang terserak.

Umat Islam harus cerdas dan paham bahwa mereka selama ini telah dijadikan sasaran dari sebuah ambisi kekuasaan politik yang datang dari Timur Tengah yang bakal menghancurkan sendi-sendi kesetiaan warga kepada negaranya.
Dan itu harus dicegah dengan sekuat tenaga kita.

Mari kita bersama melawan pengkhianatan ini.



ORGAN FUNGSIONAL HTI

Selain organ struktural seperti di atas, ada organ fungsional. Organ fungsional yang masih diaktifkan sekarang:
1. Lajnah Thalabun Nushrah. Lajnah ini bertugas menyusup ke TNI Polri untuk merekrut perwir tinggi dan menengah kemudian dibina dalam halaqah-halaqah HTI dan ditugaskan melakukan kudeta. Lajnah ini sangat rahasia. Di tingkat pusat hanya ada lima orang anggota. Dipimpin oleh seorang ketua lajnah dan disupervisi langsung oleh Amir Hizbut Tahrir internasional.

2. Lajnah Fa'aliyah. Lajnah ini bertugas menyusup ke lembaga-lembaga negara, partai politik dan ormas Islam untuk merekrut ketua lembaga seperti ketua MPR, DPR, DPD, menteri-menteri, MA, MK, Kejaksaan Agung, ketua partai dan ormas kemudian dibina dalam halaqah-halaqah HTI dan ditugaskan mengkondisikan lembaga negara, partai dan ormas untuk mendukung kudeta yang dieksekusi oleh dewan jenderal yang telah dibina oleh lajnah Thalabun Nushrah. lakukan kudeta. Di tingkat pusat hanya ada lima orang anggota. Dipimpin oleh seorang ketua lajnah dan disupervisi langsung oleh Amir Hizbut Tahrir internasional. Ketua lajnah Fa'aliyah HTI sekarang adalah M. Rahmat Kurnia (dosen IPB).

3. Lajnaj siyasiyah. Lajnah ini bertugas membangun opini masyarakat masyarakat, menyerang pemerintah agar masyarakat mendukung Khilafah melalui tulisan yang disebarkan dengan nama fiktif Nasrudin Hoja, buletin Kaffah, tabloid Media Umat dan channel Youtube Khilafah Channel, dll. Lajnah ini juga yang mengatur dan mensupervisi gerakan LBH PELITA UMAT. LBH ini bentukan HTI.

4. Lajnah Khos Ulama. Lajnah ini bertugas menyusup ke pesantren-pesantren dan majlis ta'lim untuk merekrut para kiai dan ustadz yang akan dibina dalam halaqah-halaqah HTI untuk memberi dukungan bagi tegaknya Khilafah versi HTI. Lajnah ini diiisi oleh anggota senior HTI yang punya latar belakang santri antara lain Mustofa Ali Murtadha, Yasin Muthahhar, Ahmad Junaidi (Gus Juned), Nurhilal Ahmad, Abdul Karim, dll. Mereka mempublikasi kegiatan di www.shautululama.id

5. Lajnah Thullab wal Jami'ah. Lajnah ini bertugas merekrut pelajar dan mahasiswa melalui Rohis dan LDK yang berafiliasi ke HTI dan melalui komunitas milineal yang dibuat oleh aktivis HTI seperti #yukngaji yang diinisiasi oleh Felix Siauw, KARIM, dll. Untuk LDK-LDK yang berafiliasi dengan HTI dikumpulkan dalam BKLDK dan Gema Pembebasan.

6. Jurubicara yaitu M. Ismail Yusanto didampingi wakilnya Farid Wajdi.

7. Mudir Maktab yang dipegang oleh Anwari alias M. Anwar Iman alias Suwarno. Selain menjadi pusat data, informasi dan administrasi internal, mudir maktab juga menjadi penterjemah surat-surat dari Amir HT internasional. Dan mengelola majalah internal al-Wae'ie.

8. Lajnah Dosen, Peneliti dan Akademisi. Bertugas merekrut para akademisi (dosen, peneliti, tenaga administrasi kampus) untuk dibina dalam halaqah-halaqah HTI. Lajnah ini dikomandani oleh Prof. Fahmi Amhar dibantu DR. Kusman Sadik (dosen IPB), DR. Fahmi Lukman (dosen Unpad), dll.


Cek konten menarik yang saya temukan di BaBe:
 http://share.babe.news/s/FZxMRrM
Download aplikasi berita paling lengkap 👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻
http://share.babe.news/s/mZUprpQ










Saturday, June 1, 2019

PAK JOKOWI! WAHABI, KHILAFAH, ISLAM RADIKAL DI SEKOLAH2 & KAMPUS ANCAM NKRI


PAK JOKOWI! WAHABI, KHILAFAH, ISLAM RADIKAL DI SEKOLAH2 & KAMPUS ANCAM NKRI

Sungguh menakutkan, Itu wajah sekolah dan kampus negeri di Indonesia. Intoleransi, anti keberagaman, anti pluralisme telah merasuk. Penyebabnya adalah mewabahnya Wahabi, Khilafah, dan Islam radikal di lingkungan pendidikan yang terkait dengan faktor di luar sekolah dan kampus yang juga lebih menakutkan. Perilaku khilafah yang nyata dijadikan rujukan anak sekolah dan mahasiswa. Serem beneran kan...

Surat yang beredar tentang Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai pusat kegiatan Islam radikal bukan isapan jempol. Gerakan bersih-bersih -untuk menguatkan Islam radikal- ala Islam radikal berlangsung. Caranya? Mereka menguasai seluruh alat kelengkapan akademis dan kegiatan di kampus. Rektor, Dekan, Senat Universitas, Senat Mahasiswa, Unit kegiatan, masjid dan unit bisnis mereka kuasai.

Sebelumnya di tingkatan pendidikan dasar dan menengah juga dilakukan penguasaan secara taktis. Di PAUD, SD, SMP, radikalisme dibangun lewat guru. Lembaga pendidikan berkedok IT, seperti SDIT, hampir dapat dipastikan dimiliki oleh PKS dan HTI. Di SMA mulai dengan kegiatan yang disebut Rohis dan OSIS. Di kampus mereka lebih radikal lagi. Siklus sejak PAUD sampai perguruan tinggi menggurita.

Wajah sekolah dan kampus negeri di Indonesia penuh rasa intoleransi. Gerakan Wahabi, khilafah, dan ajaran Islam radikal di Sekolah dan Kampus telah memicu intoleransi. Gerakan yang sudah 30 tahun lebih bergerak itu kini tengah memanen hasilnya. Intoleransi, anti-Pancasila, anti kemapanan, anti pemerintahan muncul di masyarakat. Negara dalam bahaya. Eksistensi NKRI terancam.

(PKS adalah salah satu wujud panen konservatisme agama yang formal dan legal yang mirip Partai AKP di Turki. Ideologi mereka pun sama: Ikhwanul Muslimin. Yang di Mesir dan banyak negara Teluk, IM adalah organisasi teroris. FPI potret pembiaran ormas gerakan Islam radikal di masyarakat, pemicu kisruh atas nama agama).

Wahabisme dan gerakan khilafah bersatu dengan Ikhwanul Muslimin di Indonesia. Ini fenomenal. Padahal ketiga gerakan Islam radikal itu memiliki perbedaan ideologi perjuangan. Namun, karena terdesak di Timur Tengah, dan berbagai belahan Bumi, mereka merapatkan barisan. Itu salah satu sebab PKS tetap mendapatkan dukungan suara di Pemilu 2019.

Kondisi di luar kampus dan lembaga pendidikan ini makin rusak lagi. Sebagian kecil (20% menurut survei) karyawan BUMN, ASN telah terpapar paham radikal. Ideologi khilafah. Buktinya di masjid-masjid BUMN beredar khotbah-khotbah ajaran khilafah oleh ustad eks HTI. Banyak pula ASN yang terang-terangan menentang Pancasila. Pengikut khilafah. Salah satunya yang fenomenal ya Adyaksa Dault.

Panen radikalisme ini menjadi tantangan Presiden Jokowi. Jika ingin Indonesia tidak hancur berkeping seperti Syria, rakyat sudah mendukung dengan tidak memilih Prabowo, maka Jokowi harus membenahi pendidikan sejak PAUD sampai perguruan tinggi. Caranya?

Jokowi akan mengintegrasikan seluruh kekuatan dan sumber daya untuk melawan ancaman ambruknya Indonesia oleh gerakan anti NKRI, anti-Pancasila, pro Khilafah dan ISIS. TNI/Polri harus dikuatkan dan dibersihkan dari unsur non Merah-Putih. Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek harus dibongkar agar memiliki kuku merangsek kampus seperti UI dan IPB. Pembersihan dari rektor sampai unsur lainnya.

Jokowi juga akan membuat kurikulum dasar untuk mengajarkan Kebangsaan, Nasionalisme, dan Kecintaan terhadap tanah air. Anak-anak Indonesia harus lebih mencintai bangsa dan budaya Indonesia dibanding dengan budaya Arab. Mahasiswa Indonesia harus bangga mengerek bendera Merah Putih. Bukan mengerek bendera Khilafah.

Karyawan BUMN dan ASN harus bangga melayani rakyat. Bukan menghisap gaji, pajak, korupsi untuk gerakan khilafah. KPK dan lembaga-lembaga negara harus bebas dari kepentingan gerakan khilafah.

Waktu 5 tahun adalah pendek bagi Jokowi. Jangan sampai waktu Jokowi habis untuk seremonial kekuasaan. Deal-deal dan menghabiskan waktu kisruh melayani kepentingan parpol. Jokowi harus segera bekerja untuk menunaikan janjinya: mempertahankan keutuhan NKRI dari kejatuhan ke tangah khilafah. Salah satunya lewat pendidikan. Dan, rakyat telah memilih dan mendukung pak Jokowi.

#JokowiMenang... #JokowiLagi... #2019JokoWidodoPresidenRI... Salam damai sejahtera bagi Rakyat / Bangsa Indonesia... Salam NKRI harga mati... Tuhan Yesus Memberkati Presiden Joko Widodo beserta jajarannya dan kita semua... 👌✊👏💪👍🙏🙏🙏🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬

Wednesday, May 29, 2019

Renungkan dengan hati nurani yang dalam. Tidak ada kepentingan saya selain hanya menyampaikan kebenaran.


PENGAKUAN SEORANG KADER PKS

Testimoni ini ditulis oleh seorang mantan kader PKS dari UI bernama Arbania Fitriani, sebagai "note" pribadi di facebook.

Pertama-tama, saya menuliskan pengalaman saya ini tidak untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekkan salah satu partai besar di Indonesia.
Saya hanya ingin berbagi pengalaman untuk menjadi bahan renungan para pembaca agar dapat lebih mengenal PKS dari dalam.

Tulisan ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengenal PKS secara objektif, agar rakyat Indonesia mengetahui apakah PKS benar-benar mengusung kepentingan rakyat Indonesia atau justru sedang mengkhianati masyarakat dan para kadernya sendiri dengan sentimen keagamaan serta jargon sebagai partai bersih.

Sayangnya, banyak masyarakat dan orang-orang di dalam tubuh PKS ini pun tidak menyadarinya.

Bagian tersebut akan saya jelaskan secara singkat di akhir cerita saya, dan sekarang saya ingin berbagi dulu kepada para pembaca mengenai sistem pengkaderan PKS yang sangat canggih dan sistematis sehingga dalam waktu singkat membuatnya menjadi partai besar.

Saya waktu mahasiswa adalah kader PKS mulai dari 'amsirriyah sampai ke  'am jahriyah.
Mulai dari saya masih sembunyi-sembunyi dalam berdakwah, sampai ke fase dakwah secara terang-terangan, sejak PKS masih bernama PK 1999 sampai kemudian menjadi PKS.

Dalam struktur pengkaderan PKS di kampus, ada beberapa lingkaran, yakni lingkaran inti yang disebut majelis syuro'ah (MS), lingkaran ke dua yakni majelis besar (MB), dan lingkaran tiga yang menjadi corong dakwah seperti senat (BEM), BPM (MPM), dan lembaga kerohanian Islam.

Jenjangnya adalah mulai dari lembaga dakwah tingkat jurusan, fakultas, sampai ke universitas. Jika di universitas tersebut terdapat asrama dan punya kegiatan kemahasiswaan, maka di sana pun pasti ada struktur seperti yang telah saya terangkan.

Universitas biasanya akan berhubungan dengan PKS terkait perkembangan politik kampus maupun perkembangan politik nasional. Dari sanalah basis PKS dalam melakukan pergerakan-pergerakan politik dalam negeri atas nama mahasiswa baik itu yang berwujud demonstrasi ataupun pergerakan lainnya.

Sistem pergerakan, pengkaderan, dan struktur lingkaran yang terjadi di dunia kampus sama persis dengan yang terjadi di tingkat nasional.

Kembali ke dalam struktur lingkaran PKS di kampus, orang-orang yang duduk di MS jumlahnya biasanya tidak banyak dan orang-orangnya adalah orang-orang yang terpilih. Kebanyakan yang menjadi anggota MS adalah mahasiswa yang memang sudah di kader sejak SMU.
 Tapi tidak banyak juga yang berhasil masuk ke dalam MS dari orang-orang yang telah dikader pada saat kuliah.
Saya termasuk orang yang masuk ke dalam lingkaran MS yang baru di kader pada saat kuliah dan menduduki posisi sebagai mas’ulah di asrama UI sehingga saya punya akses langsung untuk berdiskusi dengan mas’ulah tingkat universitas.

Dari sini juga saya akhirnya banyak tahu sistem dalam PKS meskipun saya pada tingkat fakultas hanya masuk sampai tingkat MB.

Dalam MS dan MB memiliki mas’ul (pemimpin untuk anggota ikhwan) dan mas’ulah (pemimpin untuk anggota akhwat). Masing-masing mas’u(lah) ini membawahi MS secara keseluruhan dan ada juga mas’ul(ah) yang membawahi sayap-sayap dakwah yakni sayap tarbiyah (mengurusi pengkaderan khusus untuk ikhwah seperti pemetaan liqoat, materi liqoat, dll), sayap syiar (mengurusi syiar islam khususnya dalam lembaga kerohanian formal dan menjaring kaderbaru), dan sayap sosial & politik (mengurusi dakwah dalam bidang lembaga formal kampus yakni BEM dan MPM).

Di lingkaran ke dua adalah majelis besar, anggotanya adalah ikhwah yang sudah di kader juga dan tinggal menerima keputusan dari MS untuk dilaksanakan. Jadi, MS ini adalah think-tank dari seluruh kegiatan yang terjadi di kampus.

Apabila kader PKS duduk sebagai ketua BEM/Senat atau MPM/BPM, maka semua kegiatannya harus mendapat ijin dari MS dan memang biasanya berbagai agenda di BEM/Senat dan MPM/BPM ini dibuat oleh MS.

Bagaimana sistem pengkaderan PKS itu sendiri? Bagaimana PKS mengubah seorang menjadi kader yang militant? Jalan pertama adalah menguasai Senat, BEM, BPM, dan MPM. Apabila lembaga formal ini sudah dikuasai maka akan mudah untuk membuat kebijakan terutama pada masa penerimaan mahasiswa baru.

Saat orientasi Mahasiswa baru biasanya mereka akan dibentuk kelompok kecil (halaqah) dan ikhwah PKS akan berperan sebagai mentor. Kegiatan ini akan berlanjut rutin selama masa perkuliahan di mana halaqah ini akan berkumpul 1 minggu sekali.

Dari sinilah biasanya akan terjaring orang-orang yang kemudian akan menjadi ikhwan  militan, bahkan orang yang sebelumnya tidak pakai jilbab dan sangat gaul bisa menjadi seorang akhwat yang sangat pemalu namun juga sangat militan.

Agenda utama kami adalah membentuk Manhaj Islamiyah di Indonesia menuju Daulah Islamiyah (mirip dengan sistem Khilafah Islamiyah dari HTI).
Doktrin utama dalam sistem jamaah PKS yang juga menamakan dirinya sebagai jamaah Ikhwanul Muslimin ini adalah “nahnu du’at qobla kulli sya’I” dan “sami’na wa ata’na”.
 Dua doktrin inilah yang membuat kami semua menjadi orang yang sangat loyal dan militan.
Setiap instruksi yang diberikan dari mas’ul(ah) ataupun murabbi(ah) kami, akan kami pasti patuhi meskipun kami tidak benar-benar paham tujuannya.

Seperti menyumbang, mengikuti demonstrasi, meskipun harus bolos kuliah, dll.

Selama saya aktif di pergerakan ini, saya melihat banyak sekali teman-teman saya yang berhenti menjadi Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Dulu saya merasa kasihan dengan mereka, karena yang saya tahu – diberitahu oleh murabbi kami dan juga seringkali dibahas dalam taujih atau tausiyah (semacam kultum) – bahwa dalam jalan dakwah ini selalu akan ada orang-orang yang terjatuh di jalan dakwah, mereka adalah orang-orang futur (berbalik ke belakang).

Orang-orang ini biasanya kami label sebagai anggota “basah” (barisan sakit hati).
 Saya mempercayai semuanya sampai akhirnya saya pun merasa tidak cocok lagi untuk berada di sana dan memutuskan untuk keluar dari ADK padahal saya dulu sudah diproyeksikan sebagai ADK abadi (orang yang akan menjadi aktivis dakwah kampus selamanya dengan cara menjadi dosen atau karyawan tetap di kampus).

Ada beberapa alasan yang membuat saya mengambil keputusan untuk keluar, antara lain:
Adanya ekslusivisme antara kami para ADK dengan orang-orang diluar ADK.
 Kami para ADK adalah orang-orang khos (orang khusus) dan mereka adalah adalah orang ’amah (orang umum). Orang khos adalah orang yang sudah mengikuti tarbiyah dan mengikuti liqo’at (semacam halaqah tapi lebih khusus lagi) dan orang ’amah adalah orang yang belum mengenal tarbiyah.
Para ikhwah, terutama para ADK, tidak akan mau menikah dengan ’amah karena mereka dapat membuat orang khos seperti kami menjadi futur, bahkan bisa membuat kami terlempar dari jalan dakwah. *

Istilah khos dan a’amah ini membuat saya merasa tidak natural dan tidak manusiawi dalam menghadapi teman saya yang ’amah.
 Saya diajarkan bahwa mereka adalah mad’u (objek dakwah) saya.
Jika saya bisa menarik mereka ke dalam sistem kami apalagi bisa menjadi ADK, maka kami akan mendapat pahala yang sangat besar.
 Saya merasa menjadi berdagang dengan teman saya yang dulunya sebelum menjadi ADK adalah sahabat saya.
Saya merasa tidak memanusiakan teman saya dan lebih memandang mereka sebagai objek dakwah.

Dalam liqo’at ataupun dauroh saya juga ada beberapa hal yang membuat saya tidak sreg, seperti bahwa saya harus lebih mengutamakan liqo’at daripada kepentingan orang tua dan keluarga saya.

Bahkan saya pernah diberitahu bahwa bila sudah ada panggilan liqo’at, meski orang tua saya sakit dan harus menjaganya, maka saya harus tetap datang liqo (entah mengapa selama beberapa tahun saya bisa menerima konsep yang kurang manusiawi ini). Hal lain adalah saya tidak boleh mengikuti kajian di luar liqo saya, padahal setahu saya bahwa kebenaran itu tidak hanya milik liqo saya, masih banyak sekali kebenaran di luar sana.

Bahkan buku bacaan pun diatur dimana ada banyak buku yang saya sangat berguna untuk menambah wawasan keIslaman saya seperti buku yang mengajarkan tentang hakikat Islam namun oleh murabbi saya dilarang.
Untuk hal ini saya membangkang karena seandainya Islam itu memang benar rahmatan lil zalamin maka ilmunya pun pasti sangat luas dan tidak hanya monopoli orang-orang di PKS semata.
Dan hal yang paling mengusik saya adalah selama saya mengaji di liqo ataupun mengikuti taujih dan taushiyah dalam syuro ataupun dauroh-dauroh (training) saya merasa lebih banyak diajarkan tentang kebencian terhadap Agama atau aliran lain seperti bagaimana kejamnya kaum nashoro (nasrani) yang membantai saudara kami di Poso, Yahudi yang membantai saudara kami di Palestina,
JIL yang memusuhi kami, NII yang sesat, teman-teman Salafi yang mengganggu kami, dst.

Sampai-sampai, akibat begitu terinternalisasinya hal tersebut, ketika saya mengikuti tarbiyah universitas dan sedang makan siang, saya dan teman-teman menganggap yang sedang kami makan dan telan itu adalah orang-orang Yahudi dan Nashoro. Doa-doa kami pun selalu secara khusus ketika qunut adalah untuk mujahid-mujahid di Palestina dan Afganistan (kadang saya berpikir kapan kita berdoa untuk pahlawan perjuangan di Indonesia yang telah menghadiahkan kemerdekaan terhadap kita).

Sejujurnya saya lebih tersentuh dan bisa menangis tersedu-sedu ketika dibacakan ayat-ayat seperti dalam surat Ar-Rahman yang menceritakan Cinta-Ilahi ketimbang surah seperti Al-Qiyamah yang menceritakan azab Nya.

Kebencian sangat bertentangan dengan hati nurani saya karena saya sangat percaya dengan ayat yang mengatakan bahwa rahmat AllahSWT lebih cepat dari murkaNya, yang artinya cinta Allah SWT seharusnya dapat menghapus kemarahanNya terhadap umat manusia.

Inilah sebabnya mengapa di sini hati saya merasa sangat kering saat mengikuti tausiyah dan taujih yang senantiasa bercerita tentang peperangan dan kebencian.
Semua ganjalan-ganjalan yang saya rasakan akhirnya meledak ketika saya kemudian tahu dari sumber yang terpercaya dalam pemerintahan, juga dari petinggi PKS sendiri, tentang agenda yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya dan pastinya juga tidak diketahui oleh orang-orang se-level saya atau bahkan pun pengurus inti PKS.

AGENDA UTAMA PKS

Agenda utama PKS adalah menghancurkan budaya Indonesia melalui invasi budaya Arab Saudi.

Banyak sekali indikasi yang saya rasakan langsung pada saat menjadi ADK seperti upaya kami untuk menghalang-halangi acara seni, budaya, musik, dll. Hingga berbagai upaya kami agar bisa memboikot mata kuliah ilmu budaya dasar (IBD).

Saya ingat dulu, karena saya begitu termakan doktrin bahwa mata kuliah IBD tidak berguna dan bisa melemahkan iman, saya seringkali membolos kalau ada latihan menari sampai saya sempat dibenci teman-teman saya.

Kembali kepada agenda PKS ini sebagai perpanjangan tangan dari Kerajaan Saudi, tujuan utamanya adalah agar kekuasaan Arab bisa mencapai Indonesia mengingat satu-satunya sumber devisa Arab adalah minyak yang diperkirakan akan habis pada tahun 2050 dan melalui jamaah haji.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya sumber daya alam dan merupakan umat muslim terbesar di dunia.
Bahkan jika seluruh umat muslim di timur tengah disatukan, umat musli Indonesia masih jauh lebih banyak.
Untuk itu, agar dapat bertahan secara ekonomi, maka Arab Saudi harus bisa merebut Indonesia dan cara yang paling jitu adalah melalui invasi kebudayaan.

Islam dibuat menjadi satu dengan kebudayaan Arab, sehingga budaya Arab akan dianggap Islam oleh masyarakat Indonesia yang relatif masih kurang terdidik dan secara emosional masih sangat fanatik terhadap agama.

Ketika kebudayaan lokal sudah bisa dihilangkan dan kebudayaan Arab yang disamarkan sebagai Islam dapat berkuasa, maka orang-orang akan menjadi begitu fanatik buta bahkan fundamentalis dan tidak bisa lagi mengapresiasi agama lain dan budaya lokal. Lalu, bila kebudayaan Nusantara sudah sampai dianggap musyrik atau bid’ah, maka saat itulah NKRI akan bubar.

Orang-orang yang pulaunya dihuni oleh mayoritas non muslim atau yang masih memegang budaya lokal di Indonesia akan meminta merdeka.
Pulau-pulau di Indonesia akan terpecah belah dan pada saat itulah orang-orang ini akan bagi-bagi “kue”.

Peta rencananya adalah bagian pulau di Indonesia yang mayoritas Islam akan dikuasai oleh Arab.
Sedangkan daerah yang penduduknya mayoritas kristen akan dikuasai oleh Amerika. Lalu, daerah-daerah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, Buddha, Animisme, dll., akan dikuasai oleh Cina.

Tidak banyak orang PKS yang tahu soal ini, hanya segelintir saja yang memahaminya.

Mereka menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan agar dapat lebih memudahkan agendanya. Sentimen keagamaan terus dipakai untuk meraih simpati masyarakat. Sehingga berbagai produk kebijakan seperti Perda Syariat, UU APP, dll yang rata-rata hanya sekedar mengurus masalah cara berpakaian semata akan dengan bangganya diterima oleh masyarakat muslim yang naif sebagai keberhasilan Islam.

Masyarakat kita lupa bahwa sampai saat ini PKS belum menghasilkan produk yang dapat memajukan ekonomi, menyelesaikan permasalahan kesehatan, pendidikan, pencegahan bencana alam, korupsi, trafficking, tayangan TV yang semakin memperbodoh masyarakat, dan permasalahan lain yang lebih riil dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita ketimbang sekedar mengatur cara orang dewasa berpakaian dan berperilaku.

Jangan terburu-buru apriori dan menganggap tulisan mengenai pengalaman saya ini adalah black campaign.

Renungkan dengan hati nurani yang dalam.
Tidak ada kepentingan saya selain hanya menyampaikan kebenaran.

Saya tahu resiko apa yang ada di hadapan saya dan siapa yang saya hadapi.
Tapi saya lebih takut menjadi bagian dari orang yang zalim, karena tahu kebenaran, namun tidak bersuara.

Rasa cinta saya bagi negeri yang sudah memberi saya kehidupan ini menutupi rasa takut saya.
Saya yakin siapa yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran akan melindunginya.

Buat rekan saya, murabbi saya, sahabat-sahabat saya dulu sesama ikhwah, saya mencintai kalian semua dan akan terus mencintai kalian.
Saya berharap, persaudaraan kita tetap terjalin karena bukanlah partai atau agama yang mempersaudarakan kita, tapi karena kita satu Umat Manusia, anak cucu Adam.
Kalau bahasa teman saya, kita menjadi saudara karena kita menghirup udara yang sama, makanya kita disebut “sa-udara”.
Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi bahan renungan para jamaah “fesbukiyah” dalam menentukan pilihan pemimpin yang akan membawa kapal Indonesia menuju masyarakat yang bahagia, makmur dan sentosa, yang memiliki jati diri dan menghargai kebudayaan Nusantara.🙏