Latest News

Monday, November 5, 2018

Pola dan Kejadian SAMA PERSIS, Indonesia Diperkirakan Segera Perang Saudara Seperti Suriah



Beranda Berita Opini

SEKJEN Alumni Suriah: Pola & Kejadian SAMA PERSIS, Indonesia Diperkirakan Segera Perang Saudara Seperti Suriah

 Thursday, October 25, 2018

GELORA BANGSA -Banyak pihak melihat bahwa Indonesia jelas2 sedang digiring ke arah perang saudara seperti Suriah.

Apalagi, kejadian yang berlangsung hari ini memperlihatkan perbuatan SEGELINTIR orang membakar bendera HTI yg Sdh dilarang di NKRI🇮🇩❤ kemudian dicitrakan sebagai aksi organisasi BANSER dan dibenturkan dengan masyarakat awam.

M. Najih Arromadoni alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus dan Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyamy) melihat pola-pola pengHancuran Suriah Dll terlihat semakin jelas di Indonesia.

Bahkan pola tersebut SAMA persis.

"Keberhasilan kelompok radikal dalam membabakbelurkan Timur Tengah menginspirasi kelompok radikal di berbagai belahan dunia lain.

Wacana & Pola itu kemudian sampai serta diTiru hingga ke Indonesia, paling tidak mulai 2016.

Fakta-fakta menunjukkan banyak pola Suriah yang disalin menjadi sebuah gerakan-gerakan di Indonesia.

Indikasi menguatnya penggunaan kedok agama demi kepentingan kekuasaan, mengAmankan Hasil Rampokan masa lalu & Kemudian sebagaimana pernah dilakukan di Suriah, terlihat dalam banyak hal, di antaranya :
 Pertama adalah penggunaan masjid sebagai markas keberangkatan demonstran.

Jika di Damaskus masjid besar untuk kumpul demonstrannya Jami' Umawi, maka di Jakarta Masjid Istiqlal.

Adakah yang pernah menghitung, berapa kali Masjid Istiqlal diduduki pelaku berangkat demonstrasi?

Pelaksanaannya pun kebanyakan di hari Jumat seusai waktu Salat Jumat, didahului dengan hujatan politik di mimbar kotbah, sehingga mengelabui pandangan masyarakat.

Persis SAMA dengan apa yang pernah terjadi di Suriah menjelang krisis.

Masjid pun berubah menjadi tempat yang tidak nyaman, gerah, dan tidak lagi menjadi tempat 'berteduh'.

Kedua, menghilangkan kepercayaan kepada pemerintah dengan terus-menerus menebar fitnah murahan terhadap pemerintah.

Sesekali presiden Suriah Basyar al-Assad dituduh Syiah, sesekali dituduh kafir, dan pembantai Sunni.

Kelompok makar bahkan menghembuskan isu bahwa al-Assad mengaku Tuhan, disebarkanlah foto bergambar poster al-Assad dengan beberapa orang sujud di atasnya.

Dalam konteks Indonesia, Anda bisa mengingat-ingat sendiri, presiden Indonesia pernah difitnah apa saja, mulai dari Kristen, Cina, Komunis, anti-Islam, mengkriminalisasi ulama, dan sederet fitnah lainnya.

Ketiga, pembunuhan karakter ulama. Dalam proses menghadapi krisis, ulama yang benar-benar ulama tidak lepas dari panah fitnah, bahkan yang sekaliber Syeikh Sa'id Ramadhan al-Buthi, yang pengajiannya bertebaran di berbagai saluran televisi Timur Tengah, kitabnya mengisi rak-rak perpustakaan kampus-kampus dunia Islam, dan fatwa-fatwanya menjadi rujukan.

Begitu berseberangan pandangan politik dengan mereka, seketika dituduh sebagai penjilat istana dan Syiah (padahal beliau adalah pejuang Aswaja yang getol).

Upaya penghancuran atas nama Islam sedang digulirkan di negara kita.

Pola-pola yang SAMA ketika kelompok radikal menghancurkan Suriah sedang disalin/Copas untuk menghancurkan Negara🇮🇩❤ kita.

Bedanya Suriah sudah merasakan penyesalan dan ingin rekonsiliasi, merambah jalan panjang membangun kembali negara mereka. Sedangkan, kita baru saja memulai.

Jika Kita2 yg Waras❤🇮🇩 tidak berusaha keras & berSama menghadang upaya mereka2, maka arah jalan Indonesia menjadi Suriah kedua hanya persoalan waktu. Semoga itu tidak pernah terjadi."🇮🇩🇮🇩🇮🇩❤❤❤🙏🙏🙏

Sumber: detik.com dengan judul Radikalisme: Antara Suriah dan Indonesia

LABELS:
Berita 296 Opini 143
SHARE: 14.5K

https://www.gelorabangsa.com/2018/10/yang-bicara-bukan-sembarang-orang.html

HIZBUT TAHIR, DARI SHIRA’UL FIKRI KE REVOLUSI



HIZBUT TAHIR, DARI SHIRA’UL FIKRI KE REVOLUSI

Oleh Jarot Doso

Minggu pagi yang cerah di Pondok Pesantren Al Muayyad, Windan, Kartosuro, Solo. Para santri, lelaki maupun perempuan, tampak segar dan sumringah. Mereka, yang rata-rata mahasiswa perguruan tinggi di kota Solo itu, dengan tertib memasuki aula pesantren.

Hari itu Al Muayyad memang punya hajat. Bekerja sama dengan Bale Rakyat Aria Bima Sukoharjo –rumah aspirasi anggota DPR RI Aria Bima—, pesantren memfasilitasi kegiatan seminar dan sosialisasi empat pilar kebangsaan, agenda rutin MPR RI.

Seperti acara serupa sebelumnya, biasanya pembicara minimal terdiri tiga unsur. Yakni tuan rumah dan pengasuh pondok, KH Dian Nafi’, yang mewakili unsur NU; anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Aria Bima; dan saya sendiri yang diminta mewakili unsur Muhammadiyah. Moderator Muchus Budi R dari Detikcom.

Lantaran yang dibahas hanya soal Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, acara pun lancar-lancar saja. Terlebih bagi NU dan Muhammadiyah, empat pilar kebangsaan tersebut memang sudah tak ada masalah lagi. Mereka sudah menerimanya sebagai format final sistem kenegaraan Indonesia.

Seiring hari yang kian terik dan masuk sesi tanya jawab, seorang mahasiwa maju ke depan. Ia lalu berkata lantang: mengecam Pancasila dan NKRI sebagai sistem sekuler, sistem kafir, bla bla bla. Ia juga menguraikan sesatnya demokrasi, sesatnya paham kebangsaan, dan sesatnya hukum yang dibuat oleh manusia, dan seterusnya.

Meski mahasiswa tadi tidak memperkenalkan dirinya dari Hizbut Tahrir atau Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan –ormas mahasiswa Hizbut Tahrir—, namun saya saat itu langsung tanggap, apa yang dia sampaikan adalah mafahim (konsepsi dasar) Hizbut Tahrir.

Mafahim, menurut Hizbut Tahrir, bukanlah sekadar konsep, tetapi konsep yang dimengerti dan diyakini kebenarannya oleh pengucapnya. Semacam tafsir ideologi yang sudah terinternalisasi dalam pikiran dan keyakinan seseorang. Mafahim merupakan turunan dari mabda’ (ideologi) Hizbut Tahrir.

Ketika moderator memintanya menyingkat waktu dan segera mengajukan pertanyaan, si mahasiswa yang mengaku bukan santri setempat ini, terus saja berorasi dan menyatakan ia tak berniat bertanya. Akhirnya moderator terpaksa mematikan mikrofon untuk memotong orasinya, karena dinilai telah keluar dari konteks dan terlalu banyak menyita waktu.

Selesai berbicara, si mahasiswa tadi pergi begitu saja, tanpa merasa perlu mendengar jawaban narasumber maupun audiens acara itu.

SHIRA’UL FIKRI

Apa yang saya uraikan dari kisah nyata di Ponpes Al Muayyad di atas hanyalah untuk mengilustrasikan, begitulah antara lain cara kader Hizbut Tahrir melakukan perang pemikiran (shira’ul fikri).

Perang pemikiran ini menjadi metode diseminasi (penyebaran) ideologi ke tengah publik, baik melalui debat, diskusi, dakwah, agitasi maupun propaganda. Perang pemikiran ini dalam istilah pegiat Ikhwanul Muslimin (PKS, KAMMI) lazim disebut ghazwul fikri.

Seperti ghazwul fikri Ikhwanul Muslimin, shira’ul fikri juga memanfaatkan hampir semua media komunikasi yang ada. Misalnya melalui media cetak Al-Wa’ie (majalah), Al Islam (buletin Jumatan yang dibagikan di masjid-masjid), media online (banyak sekali bertebaran di Internet), seminar untuk umum, diskusi, dan seterusnya.

Hanya saja, menurut saya, perang pemikiran yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir lebih militan dan khas. Mereka bukan saja rajin menghadiri undangan sebagai pembicara dari kelompok lain, termasuk dari lawan ideologis sekalipun, tetapi juga suka merecoki acara yang sebetulnya mereka tak diundang, seperti dalam kasus di Ponpes Al Muayyad tadi.

Dalam forum diskusi atau seminar dimana mereka diundang sebagai pembicara resmi, misalnya, kader Hizbut Tahrir juga gemar memanipulasi forum menjadi ajang promosi ideologi. Caranya, dengan mendominasi pembicaraan, sehingga menyita sebagian besar waktu yang tersedia.

Ini berakibat pembicara lain atau audiens hanya memiliki sangat sedikit waktu untuk mendebat atau memberikan pandangan alternatif. Pihak moderator biasanya juga kewalahan dengan gaya bicara kader Hizbut Tahrir seperti ini.

Dalam sebuah diskusi di Masjid Kampus UGM yang saya ikuti misalnya, tokoh Hizbut Tahrir terkemuka Yogyakarta, Shiddiq al-Jawi, dipanel berdua dengan pembicara dari PKS. Meskipun pembicaranya hanya berdua, namun tetap saja Ustadz Siddiq al-Jawi menyita mayoritas waktu dan cuma menyisakan sedikit waktu bagi pembicara lainnya.

Sesi tanya jawab pun hanya menyisakan kesempatan bagi satu atau dua penanya. Tentunya, dalam situasi seperti ini, bukan kesimpulan berimbang yang diperoleh, tetapi cenderung berat sebelah. Yakni semakin tersebarnya gagasan Hizbut Tahrir, yang memang diharapkan oleh mereka, agar semakin banyak mempengaruhi umat Islam.

Di medsos pun aktivitas kader Hizbut Tahrir dalam menyebarkan gagasannya ini sangat produktif . Bisa dibilang, nyaris setiap kader akan memiliki akun medsos bahkan blog, untuk ikut berjuang melakukan jihad pemikiran ini.

Ini bisa dipahami, karena bagi Hizbut Tahrir, perubahan menuju kekhalifahan Islam hanya akan bisa dicapai jika mereka sudah memenangkan perang pemikiran.

Hizbut Tahrir meyakini, setelah berhasil mengubah pemikiran (fikrah) mayoritas umat Islam, barulah mereka dapat menyusun kekuatan untuk melakukan revolusi dan mengambil alih kekuasaan demi mendirikan khilafah Islamiyah (kekhilafahan Islam).

Dalam konteks ini, upaya pengibaran bendera Hizbut Tahrir di tengah upacara Hari Santri di Garut dan kota-kota sekitarnya baru-baru ini, menurut saya, adalah “by design” dan menjadi bagian dari strategi marketing Hizbut Tahrir. Dengan mendesain insiden itu, hasilnya bendera Hizbut Tahrir yang sebelumnya dilarang dikibarkan, tiba-tiba saja sudah menjadi bendera tauhid yang dieluk-elukan ribuan orang.

Aktivitas penyebaran gagasan ke tengah masyarakat ini sesuai tahap perjuangan Hizbut Tahrir yang --setelah Orde Baru ambruk-- mulai menginjak fase “go public” atau berinteraksi dengan umat (marhalah mafa’ul ma’a ummah).

Sementara pada masa rezim Orde Baru yang otoriter, Hizbut Tahrir fokus melakukan pembinaan dan pengkaderan secara diam-diam (gerakan bawah tanah), untuk membentuk jaringan organisasi (marhalah at-tatsqif).

Setelah jaringan organisasi kuat dan upaya mengubah pola pikir umat secara massif berhasil, Hizbut Tahrir akan menginjak fase terakhir perjuangannya; yaitu fase revolusi atau pengambilalihan kekuasaan secara penuh (marhalah istilaam al-hukm). Jika revolusi ini berhasil, saat itulah NKRI ambruk dan selanjutnya hanya akan menjadi wilayah provinsi daulah khilafah Islamiyah versi Hizbut Tahrir.

Nah, relakah kita jika Indonesia sampai begitu? Pilihannya ada di tangan antum (anda).

Jakarta, 29/10/2018

Bahanya HTI Dengan Dasar Negara Khilafahnya.



Buat temen2 muslim dan non muslim yang masih belum ngeh, setengah paham nggak paham tentang bahayanya HTI dengan dasar negara khilafahnya, saya sarankan googling dan cari buku "Ilusi Negara Islam", PDFnya bisa diunduh gratis.

Buku ini hasil kerjasama antara Wahid Institute dan Ma'arif Institute yang berisi riset tentang Islam transnasional dan bahaya yang mengancam Indonesia. Di dalamnya berisi tulisan Gus Dur, Syafi'i Ma'arif, Gus Mus, Romo Franz Magnis dll. Ini bukan buku yang main2 isinya.

Bahkan kantor berita Tempo mendapat SMS yang berisi ancaman pembakaran toko buku yang menjual buku ini. Padahal buku ini tidak dijual di toko buku umum. Buku ini merupakan peringatan ngeri buat kita semua akan bahaya HTI.

Jadi buat yang memikirkan untuk Golput, coba dipikir ulang. Saya sendiri sudah lewat taraf dari sekedar sakit hati karena peristiwa Ahok. Saya sudah sampai taraf ngeri akan bahaya HTI. Saya sudah sampai taraf nggak terlalu peduli lagi siapa presidennya. Saya tinggal liat bahaya HTI ini sekarang ada di sisi sebelah mana. Karena bila mereka sampai berkuasa, bukan cuma Ahok yang TAMAT. Kita semua juga bisa DITAMATKAN.

Seperti pesan Romo Franz Magnis, "Pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa."

http://zainalfuadi.net/ilusi-negara-islam.pdf

1. Buku "Ilusi Negara Islam" terdiri dari 325 pages; 4,5 MB.
2. Footnote 1) tulisan Gus Dur, misalnya, mnjlskn ttg jihad terbesar adlh memerangi hawa-nafsu yg ada dlm diri-pribadi masing2.
3. Buku ini mmng bermutu!!👍👍

Jika berminat silakan unduh...gratis😊

Jangan "Beternak Kebodohan", Sekalipun Banyak Investor Siap Membiayai



Jangan "Beternak Kebodohan", Sekalipun Banyak Investor Siap Membiayai
Oleh ; Eep Saefullah Fatah - Selasa, 10 Jul 2018 - 00:28:35 WIB


1.Ubahlah 'cara mengaji yg keliru' manakala kita hanya mengaji tekstual semata-mata tanpa peduli kontekstual;

2.Umat Islam hrs berhenti membuat 'kerumunan'(hanya sebatas mengumpulkan massa), tp bangunlah 'barisan' (organisasi dan jaringan)

3.Berhentilah meluapkan 'kemarahan' (emosional yg destruktif), mulailah bangun 'perlawanan' (legal dan konstruktif);

4.Kecerdasan politik umat harus diasah terus menerus. Sehebat apapun seorang politisi, klo kecerdasannya tdk sesuai kontektual, tdk akan berguna;

5. Teknologi merupakan salah satu 'kendaraan politik' tercanggih abad 21;

6. PQ = POLITICAL QUOTIENT, atau Kecerdasan Politik, unsurnya ada 3 point:
a. Kemampuan membangun 'Kesadaran' politik;
b. Kemampuan membentuk 'Kekuatan' politik;
c. Kemampuan merebut 'Kesempatan' politik;

7. Unsur 'Kesadaran' politik ada 3 point:
a. Pengetahuan;
b. Empati;
c. Aktivasi;

8. Pengetahuan sesorang thd kondisi politik tdk serta merta membangun kesadaran politik;

9. Empati seseorang menjadikan pengetahuan politiknya hidup, lalu menjadikan seseorang bergerak (aktivasi);

10.Suara umat Islam pd pemilu 2014, yg diwakili partai Islam hny 31%. Umat Islam mayoritas, namun tdk mjd kekuatan politik;

11. Contoh lain tdk adanya 'Kesadaran' politik: Misalnya, tidak adanya mobilisasi dana infaq Jumat masjid se-Indonesia utk disumbangan ke Rohingnya;

12. Hak politik hrs ditegakkan scr individu yakni hak sbg warga negara. Sifatnya fardhu 'ain. Dengan cara bangunlah kesadaran akan hak2 sbg warga negara;

13. Kalau kita hrs 'bangun', maka hrs ada 'kekuatan' utk bangun. Klo kita mau 'menang', maka hrs ada 'kesadaran' utk menang;

14. Unsur 'Kekuatan' politik terdiri atas 4 point:
a. Memperkuat diri sendiri;
b. Memperkuat kelompok;
c. Memperkuat organisasi;
d. Memperkuat jaringan

15. Tidak ada Islam tnp berjamaah. Tdk ada jamaah kecuali dg kepemimpinan. Tdk ada kepemimpinan kecuali dg ketaatan;

16. Umat Islam suka membangun organisasi tp tdk suka memperkuat jaringan

17. Kapitalisasi hal2 yg membuat kita kuat sementara kelemahan kita, mari kita selesaikan dibawah meja;

18. Jadikan masjid utk membangun jaringan ke-ummat-an, jangan jadikan masjid golongan dan kelompok;

19. Unsur 'Kesempatan' politik terdiri atas 2 point:
a. Mempengaruhi kebijakan;
b. Berkuasa;

20. Klo sdg tdk berkuasa, aktiflah pengaruhi kebijakan politik yg ada dg berbagai cara (yg baik);

21. Informasi dan pengetahuan adalah kekuasaan, barangsiapa yg menguasai keduanya mereka berkuasa;

22. Jgn haramkan diri kita, kelompok kita dan organisasi kita berkuasa (eksekutif, maksudnya);

23. Kalau hal itu kita lakukan, kita hny akan jd korban kekuasaan, bukan subjek kekuasaan;

24. Tidak ada peradaban dunia yg dibentuk oleh mayoritas. Peradaban dan perubahan itu dibangun oleh minoritas kreatif. Ktk semua org mengatakan tdk mungkin, minoritas kreatif berkata mungkin dan dia menunjukkannya dg data dan fakta2. (Arnold J. Toynbee)

25. Politik yg cerdas itu 'pertukaran'. Sebaliknya politik yg bodoh itu 'transaksi';

26. Jgn munculkan tokoh menjelang pemilu tp bangunlah tokoh tiap hari. Sepanjang hayat harus kampanye;

27. Kita hrs mengubah umat Islam dr 'massa' menjadi 'warga negara', yg kualitasnya ada 5 point:

1. Jadilah warga negara yg tahu dan pandai mjg haknya;
2. Warga negara itu tahu hak org lain dan org byk dan tahu cara menunaikan hak tsb msg2;
3. Warga negara itu mrk yg tdk tergantung kpd orang lain hatta kpd pemimpinnya kecuali pd dirinya sendiri;
4. Warga negara itu proaktif tdk menunggu;
5. Melawan dg cara beradab dan dewasa.

Source:
http://www.teropongsenayan.com/89222-jangan-beternak-kebodohan-sekalipun-banyak-investor-siap-membiayai


Bagaimana seandainya JOKOWI Kalah



Oleh : Denny Siregar*

"Bagaimana seandainya JOKOWI Kalah ?"

Begitu pertanyaan seorang teman dalam sebuah diskusi. Jujur ini pikiran yang selalu saya buang, saya ngeri dengan dampaknya.

Diluar masalah korupsi yg MemBudaya, Indonesia ini sebenarnya adalah negara di Asean yang potensi radikalnya Sangat Tinggi.
Lebih dari 20 tahun - sejak 1998 - kelompok-kelompok radikal bercokol di negeri ini. Mereka2 Telah berHasil meNyusup bahkan Sudah menguasai tempat2 ibadah, sekolah, pemerintahan, pengadilan bahkan aparat keamanan seperti kepolisian dan tentara.

Kelompok radikal ini dulu sulit sekali dideteksi. Karena mereka berbaju "Islam" agama terbesar negeri ini. Sembunyi  dgn berPakaian  "ULAMA", mereka membangun komunitas-komunitas di mana saja.
Tanpa sadar, Indonesia sudah dikuasai mereka dalam ideologi. Ideologi pendirian negara khilafah yang Jelas2 akan meruntuhkan DEMOKRASI & PANCASILA.

Sebagai contoh Hizbut Tahrir Indonesia.

HTI ini adalah gerakan transnasional yang sudah melebur dengan masyarakat Indonesia. Mereka dulu dibiarkan berkembang biak, bahkan difasilitasi oleh para politisi dan penguasa untuk meraih suara.

Sebagai contoh, tahun 2016 lalu, kita melihat bagaimana entengnya Wali Kota Bogor, Bima Arya, meresmikan kantor HTI dengan disambut logo besar "KHILAFAH". Menakutkan, ketika seorang pejabat ternyata tidak mampu membedakan mana musuh NEGARA.

Kebayang tentakelnya HTI di mana-mana. Dan seperti gurita mereka siap mencengkeram dan menghancurkan NEGARA.

Tapi langkah mereka terhenti TOTAL , ketika tahun 2017, JOKOWI yg Telah Berhasil mengHimpun keKuatannya dgn Tegas & Berani memBUBARkan  organisasi besar mereka yang diperkirakan mempunyai 2 juta anggota lebih (Belum termasuk Penyokong2 & pendukung2-nya).

Ini pukulan berat bagi HTI yang sebenarnya sudah banyak menguasai elemen-elemen negeri. Pukulan JOKOWI ini sekaligus memunculkan "kepala ular" HTI yang bercokol menjadi dosen, rektor, Politikus, Ulama, sampai Guru Besar di beberapa Universitas Negeri.

Dan HTI jelas2 dendam. Mereka akan menghalalkan segala cara supaya JOKOWI tersingkir, lalu mereka kembali akan menguasai apa yang pernah mereka kuasai. Hanya kali ini mereka akan lebih agresif dan massif. Sebab mereka punya sejarah pernah dibubarkan dan bisa jadi akan terulang jika nanti muncul pemimpin seperti JOKOWI lagi.

Jadi buat saya, kekalahan JOKOWI  akan membawa dampak meNGERIkan  ketika HTI mendapat panggung lagi.
Kepolisian akan mereka kuasai sehingga mudah dijadikan senjata untuk mempersekusi warga yang tidak sepandangan dengan mereka.

Ingat kasus Meiliana ? Warga yang mendapat hukuman 1,5 tahun karena protes kerasnya toa? Di sana ada peran HTI yang mendesak aparat kepolisian untuk mentersangkakan dirinya. Bahkan HTI juga terus-menerus menurunkan massa untuk mendesak hakim menjatuhkan vonis yang berat.

Ujian & Siksaan bagi kaum minoritas, Jelas akan jauh lebih berat jika HTI berkuasa. Akan muncul kasus Meiliana Meiliana lainnya. Makanya saya heran ketika ada orang minoritas memilih Prabowo yang di belakangnya Jelas2 ada kelompok HTI.

Mereka2 apa tidak SADAR akan situasi yang Sangat2 meRUGIkan mereka sendiri & Seluruh Rakyat🇮🇩❤ Yg Waras krn Mau Hidup Normal nantinya?

Membersihkan elemen pemerintahan dan aparat keamanan dari cengkeraman ideologi HTI bukan pekerjaan ringan. Seperti kanker, Indonesia sebenarnya sudah berada pada stadium mengerikan.

Memerangi kanker tidak bisa sekali pukul lalu menang & Butuh keAJAIBan (JOKOWI adalah keAJAIBan & Berkat🇮🇩❤dari TUHAN). Harus bertahap seperti kemoterapi yang menyakitkan. Kalau pengobatan dihentikan, maka mereka akan tumbuh lebih ganas dan mematikan...

"Jadi bagaimana seandainya JOKOWI kalah dalam pemilihan ?" Tanya temanku lagi.

Kuseruput secangkir kopi. "Saya Tidak Mau & Tidak Berani berPikir jika JOKOWI Kalah
Pikiran saya fokus pada JOKOWI HARUS MENANG .."
Karena Saya Masih Ingin Cucu2 Cicit2 HIDUP NORMAL di NKRI🇮🇩❤

Hari ini terasa panas sekali..

Denny Siregar penulis buku

DEMO MAKAR SELESAI SHOLAT JUMAT



DEMO MAKAR SELESAI SHOLAT JUMAT

Tadi malam diundang datang ke acara Diskusi Kebangsaan bertajuk "Jangan Suriahkan Indonesia" yang dibikin Alsyam Ikatan Alumni Syam Indonesia

Pembicaranya tidak main2.. ada duta besar Suriah untuk RI Dr. Ziad Zahredin, dan ada Mufti (imam besar) Damaskus Syekh Adnan (ulama Sunni Aswaja)

Syekh Adnan membuka diskusi selaku keynote speaker menjelaskan asal muasal perang saudara di Suriah berawal dari politisasi isu agama "rezim anti islam" yang didakwahkan di masjid2

Lalu dari politisasi masjid meningkat menjadi aksi demo yang dinamakan "Jumat Ghodob" atau Jumat marah yakni turun ke jalan selesai sholat jumat, akhirnya mereka mempersenjatai diri jadilah pemberontak.

Dubes Suriah Dr. Ziad menjelaskan siapa di balik aksi demo "Jumat Marah" berujung makar tsb.. yakni koalisi negara2 Arab Teluk dibeking Amerika & Israel, motifnya mengganti rezim Assad yang tidak ramah terhadap Barat

Terdengar tidak asing? Tentu saja terdengar tidak asing karena itu persis yang sedang dilakukan disini. Cuma bedanya di Suriah adalah PROXY (Boneka) Asing sedangkan disini adalah proxy politisi oposisi.

Karena 2019 adalah pertaruhan terakhir bagi kubu oposisi, karena beroposisi 4 tahun telah membuat mereka kering kerontang, jika Jokowi menang lagi bisa bangkrut massal, maka mereka harus menang jika perlu menghalalkan segala cara

Menghalalkan segala cara dari nebar HOAX rezim PKI, rezim anti islam, sampai agitasi bakar amarah akar rumput lewat politisasi isu agama demo aksi berjilid2

Namun Dubes Dr. Ziad optimis rakyat Indonesia lebih cerdas, tidak mudah ditipu oleh aksi politik bela nasi bungkus berkedok bela agama 😊 klik SHARE , sebarkan kebaikan

#JanganSuriahkanIndonesia

Fokus Berita: Kasus Bendera HTI



Fokus Berita: Kasus Bendera HTI
Oleh: Denny Siregar*

Banyak yang bilang bahwa konsultan politik dari Amerika sedang berada di Indonesia.

Kemenangan model kampanye Donald Trump di AS, menjadi inspirasi bagi salah satu kubu Capres untuk menggunakannya di sini. Dan kita melihat model-model kampanye yang sama yang sedang dibangun, terutama dalam model pengulangan kebohongan, pembangunan isu yang membangun ketakutan dan kampanye recehan untuk menarik pemilih milenial.

Sayangnya, saya kurang setuju dengan teori itu.

Bahwa ada kubu Capres yang menggunakan model seperti kampanye Trump, itu memang benar. Tetapi itu hanya berupa copy paste saja, berdasarkan pengamatan sebagian orang terhadap Pilpres Amerika dan coba diterapkan di Indonesia tanpa penelitian yang mendalam bahwa kultur pemilih di Indonesia berbeda dengan Amerika.

Adanya konsultan dari Amerika yang dibayar ribuan dollar per jam itu sejatinya hanya isu. Kenapa? Karena beda dengan 2014 lalu, untuk pilpres kali ini salah satu pasangan Capres kehabisan logistik untuk melakukan itu. Ongkosnya terlalu besar sedangkan mereka lagi kekurangan.

Karena itu salah satu pasangan Capres hanya mengira-ngira saja dalam menerapkan model kampanye Trump ke negeri ini. Mereka menerapkan sistem tambal sulam, apa yang terlihat mata, itu yang dipakai.

Tetapi ada satu model kampanye yang sebenarnya mempunyai pola yang sama dengan operasi militer pada masa orde baru. Dan ini ciri khas Indonesia, yaitu adu domba.

Model adu domba dengan membenturkan dua kubu yang berbeda, terlihat jelas dalam berbagai aksi yang familiar digunakan di sini dan tidak dikenal di Amerika.

Operasi Sarumpaet, pembakaran bendera HTI dan hoaks penculikan anak yang masif disebar adalah pola-pola yang seharusnya kita kenal bahwa ini lebih bernuansa operasi militer daripada kampanye demokrasi.

Konsultan politik lokal tentu lebih mengenal Indonesia daripada konsultan politik asing. Bahwa ada akar-akar konflik yang seperti bara dalam sekam dan tinggal dikasih bensin untuk dibakar, tentu sudah dilakukan pemetaan. Dan pemetaan itu berbeda di masing-masing wilayah. Untuk Jakarta akar konfliknya beda dengan Sumatera misalnya, karena itu dibangun model yang sesuai masalah yang ada.

Dan hati-hati dengan model demo-demo di dekat Istana. Pemerintah sudah cukup tanggap dengan model demo-demo yang ingin membangun opini masyarakat. Karena itu, pihak media terutama stasiun televisi, sudah dikontak untuk tidak menyiarkan demo-demo secara luas supaya tidak dijadikan panggung oleh mereka yang memanfaatkannya.

Dan strategi ini sudah dibaca kubu yang berbeda, sehingga ada kekhawatiran mereka akan membuat demo dengan memancing kerusuhan supaya menjadi berita besar. Demo 'tauhid' yang terjadi hari ini, bisa jadi akan mengarah ke sana.

Mereka butuh 'demo yang tidak biasa-biasa' saja. Ini yang berbahaya.

Jadi waspadai demo hari ini, karena operasi kerusuhan untuk menarik perhatian bisa saja terjadi. Lagian dalam kondisi hasil survei yang jauh tertinggal, segala cara bisa dilakukan asal bisa memenangkan pemilihan.

Semoga hari ini tidak terjadi hal yang kelak akan disesalkan.

Seruput kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

PENGAKUAN MENGEJUTKAN JOKOWI



PENGAKUAN MENGEJUTKAN JOKOWI

Apa pengakuan-pengakuan mengejutkan Jokowi?

Ia mengakui bahwa sebagai seorang incumbent, seorang petahana, dia telah dan sedang dihantam bertubi-tubi. Tetapi dia mengaku bahwa dia tidak bisa menyerang balik secara frontal. Dia lebih banyak bertahan dan menangkis serangan.

Mengapa dia tidak bisa menyerang? Karena di seluruh dunia, pemerintah yang sedang berkuasa, termasuk pemerintahannya, menginginkan kestabilan, ketenangan dan kedamaian. Jika dia menyerang balik, maka keadaan semakin hiruk-pikuk, gaduh dan ribut. Jika publik kemudian melihat Jokowi jarang menyerang partner demokrasinya, itu karena alasan di atas. “Lebih mudah merebut kekuasan dari pada mempertahankannya”, kata Jokowi. Lalu apa pengakuan Jokowi selanjutnya?

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, dia melihat perusahan negara, Petral, anak perusahaan Pertamina, sarat dengan para mafia. Ratusan triliun negara setiap tahun, mengalami kerugian akibat permainan mafia di Petral. Ketika dia mengeluarkan perintah untuk membubarkan Petral, dia ditakut-takuti oleh banyak pihak. Katanya, jika Petral di bubarkan, negara bisa runtuh. Diapun bisa jatuh. Sangat menakutkan.

Menteri dan tim yang diperintahkan untuk membubarkan Petral, tiga kali bertanya kepadanya. “Apakah Bapak Presiden telah matang-matang untuk membubarkan Petral? Apakah Bapak Presiden sudah sadar betul dampak, resiko dan konsekuensi jika membubarkan Petral?”

Bayangkan menterinya sendiri terpapar ketakutan dan ikut-ikutan menakuti Jokowi. Apa Jawaban Jokowi? “Bubarkan Petral!” Perintah Jokowi tegas. Akhirnya Petral dengan tegas dibubarkan. Lalu apa yang terjadi ketika Petral sudah dibubarkan? Sampai kini, tidak terjadi apa-apa. Ternyata pemerintah sebelumnya tidak berani membubarkan Petral karena takut.

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, dia melihat pencurian ikan di laut Indonesia terjadi secara masif. Ratusan juta ton ikan di laut Indonesia dicuri oleh negara lain. Lalu dia memberi perintah kepada Menteri Susi untuk menenggelamkan kapal-kapal asing itu. Jokowi mengaku bahwa Menteri Susi sendiri datang tiga kali bertanya kepadanya.

“Apakah Bapak Presiden benar-benar menenggelamkan kapal-kapal asing yang mencuri ikan? Apakah Bapak Presiden sadar reaksi marah negara-negara yang kapalnya ditenggelamkan? Apakah Bapak Presiden sudah tahu bahwa ada ‘orang-orang besar’ dari dalam negeri ikut bersengkokol mencuri ikan-ikan kita?” tanya Menteri Susi.

Bayangkan Menteri Susi sendiri ikut menakut-nakuti Jokowi. Lalu apa reaksi Jokowi? “Tenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan!” Perintah Jokowi tegas. Sejak dimulainya penenggelaman kapal-kapal asing, sudah lebih seribu kapal ditenggelamkan. Sampai kini tak terjadi apa-apa, termasuk serangan dari ‘orang-orang besar’ itu. Kini ikan-ikan di laut Indonesia dinikmati oleh orang Indonesia sendiri. Sekarang ekspor ikan Indonesia terus meningkat. Ternyata pemerintah sebelumnya menutup mata atas pencurian ikan karena takut ditakut-takuti.

Jokowi mengaku bahwa saat dia pergi ke Papua, dia mendengar dan melihat langsung harga BBM di lapangan yang selangit. Mengapa bisa terjadi begini? Siapa mafia yang bermain? Itu pertanyaan besar di benak Jokowi. Jokowi kemudian mengeluarkan perintah untuk menyamakan harga BBM di Papua yang seliternya Rp. 50.000 bahkan bisa sampai Rp. 100.000,- Harga itu harus sama harganya di Pulau Jawa yang Rp. 6.500 perliter. Para pejabat di kementerian BUMN, khususnya di Pertamina, berulang-kali menakut-nakutinya. “Itu adalah mimpi di siang bolong. Butuh biaya, usaha besar untuk mewujudkan satu harga BBM. Bisa-bisa Pertamina rugi besar dan bangkrut”, kata mereka. Lalu apa respon Jokowi?

“Samakan harga BBM di Papua dengan Jawa!” Perintah Jokowi tegas. Jokowi kemudian bolak-balik ke Papua untuk memastikan harga BBM satu harga. Setelah setahun berjuang berdarah-darah, harga BBM di Papua kini sama dengan Jawa. Demi rakyat Papua, Pertamina lewat orang-orang yang punya tekad tinggi membangun bangsa, berjuang setiap hari menantang medan berat untuk menyalurkan BBM di berbagai pelosok di Papua dan memastikan harganya sama dengan di pulau Jawa. Perjuangan berdarah-darah ini tak banyak orang yang tahu, tak banyak orang yang mengapresianya.

Saat demo besar 212 di Monas, seluruh menteri termasuk Menkopolhukam, Panglima TNI, Kapolri dan komandan Paspampres tak setuju mendatangi para demonstran di Monas. “Demi keamanan, Bapak Presiden sangat tidak disarankan ke Monas”! Lalu Jokowi menghitung.“Berapa menit kita jalan kaki ke sana?” tanya Jokowi. “Tujuh menit”, jawab ajudannya. "Saya harus ke sana. Tetapkan waktunya", kata Jokowi. “Jam 11.50 WIB”, jawab ajudan.

Begitu jam 11.40, situasi di istana masih menegangkan. Semua diam. Tak satupun yang berani mendorong Presiden Jokowi ke Monas. “Jam 11.41, Jokowi bangkit. “Mari kita ke Monas jalan kaki”. Di tengah jalan bertemu dengan JK yang berencana sholat ke Mesjid. Tetapi ketika JK diberitahu bahwa Jokowi ke Monas, JK kemudian berbalik langkah dan ikut dalam rombongan Jokowi. Setibanya di Monas, para pengawal hanya mengijinkan Jokowi di bawah panggung untuk mengucapkan sesuatu. Tetapi Jokowi ngotot naik ke atas panggung. Di atas panggung, Jokowi mengucapkan sebuah pidato singkat 2 menit. Setelah pidato, Jokowi segera balik ke istana dengan aman.

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, HTI yang tujuannya mendirikan negara khilafah, sudah berakar-berurat di seluruh wilayah Indonesia. Dia heran mengapa organisasi ini yang di banyak negara sudah dilarang, tetapi di Indonesia masih berdiri kokoh? “Bubarkan HTI lewat Perpu”! Dia pun ditanya tiga kali oleh Menkopolhukam Wiranto, Kapolri dan pejabat keamanan lain.

“Apakah Bapak Presiden sudah memikirkan matang-matang untuk membubarkan HTI? Apakah Bapak Presiden sudah sadar betul resiko dan dampak lain jika ormas ini dibubarkan?” Bayangkan, Menteri Wiranto ikut menakut-nakuti Jokowi. Lalu apa respon Jokowi? “Bubarkan HTI besok” Perintah Jokowi tegas. Esoknya HTI dibubarkan. Semua melongo dan menganga. Sejak HTI dibubarkan, keadaan baik-baik saja. Ternyata pemerintah sebelumnya tidak berani membubarkan ormas ini karena takut ditakut-takuti.

Jokowi mengaku bahwa jika ia rakus dengan prestasi ekonomi, silau pujian, maka ia hanya membangun pulau Jawa. Jika ia mau, ia bisa mengucurkan anggaran besar-besaran untuk membangun ekonomi di pesisir Jawa. Ekonomipun bisa dipastikan dengan cepat tumbuh hingga 7 persen. Lalu mengapa Jokowi tidak melakukannya? Keadilan sosil. Pemerataan. Itulah jawaban Jokowi. Ia membangun Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, demi keadilan sosial, demi pemerataan. Pembangun infrastruktur sekarang tidak langsung dinikmati hasilnya sekarang tetapi 20 tahun ke depan dan bukan di era pemerintahannya.

Jokowi mengaku bahwa seorang pemimpin harus mengambil keputusan-keputusan berani dan tepat. Keputusan-keputusan yang diambil tentu saja bukan tanpa perhitungan. “Ada hitung-hitungnya”, kata Jokowi.

Itulah pengakuan-pengakuan mengejutkan Jokowi. Ternyata menjadi Presiden itu berat. Jadi biarkan Jokowi tetap menjadi Presiden 2019 mendatang.

Satu Nusa Satu Bangsa dan Satu Bahasa




Gambar Ilustrasi


Katanya membela kalimat tauhid kenapa harus berbohong ?


Katanya membela kalimat tauhid kenapa harus berbohong ?

Setahun yg lalu saya mendapat tugas sebagai salah satu tim peneliti dari MUI Pusat terkait rencana pembubaran HTI. Saya mendapatkan kesempatan bisa masuk di kantor HTI dan bertemu dg tokoh2 pentolan diantaranya bertemu jubir HTI Ismail Yusanto. Saya sempat mengambil beberapa gambar baik di luar maupun di dalam ruangan.

Saya melihat di lantai dua ada ruangan konferensi pers yang kiri kanannya terdapat dua bendera bertuliskan khat moderen lailaha ilallah. Kenapa harus berbohong mengaku tidak punya bendera ? Semestinya org yg berjuang membela kalimat tauhid harus konsisten dan jujur,  tidak akan berani melakukan kebohongan dan manuver licik. Inilah bedanya ketika kalimat tauhid dijadikan alat manipulasi utk menipu umat bukan diamalkan menjadi prinsip akidah.

Pada sesi wawancara saya bertanya banyak hal salah satunya, kenapa kantor ini tidak ada gambar Pancasila, foto Presiden dan Wakil Presiden, dan bendera yg dipasang bukan merah putih tp bendera berwarna hitam dan putih ? Akhirnya mulai terkuak satu persatu bahwa HTI bukan organisasi dakwah melainkan organisasi politik internasional yang menolak Pancasila dan demokrasi. HTI memiliki sistem khilafah merasa sbg sistem terbaik yg menyelesaikan semua masalah, namun ketika saya tanya di negara manakah sistem HTI sdh dipraktekkan ? Jubir HTI menjawab, belum ada. Terus saya menimpali, berarti Indonesia akan menjadi uji coba penerapan khilafah ? apa tdk beresiko terjadi perpecahan dan konflik horizantal buktinya ISIS di timur tengah telah memporak porandakan Suriah dan Irak. Padahal sistem Pancasila sdh teruji menjadikan masyarakat Indonesia hidup damai, rukun dan harmoni selama bertahun-tahun. 

Kemudian saya bertanya lagi, jika HTI berhasil menguasai Indonesia apakah HTI akan mandiri sbg negara atau berada dibawah kontrol negara lain ? Jubir menjawab, kedudukan HTI (Indonesia)  itu dipimpin seorang Amir dan wajib patuh dengan Amir 'Am yang berpusat di luar negeri. Saya kaget dan shock mendengar jawaban tersebut.

Maukah bangsamu yang sudah damai terkoyak oleh perang saudara ? Maukah bangsamu yang sudah merdeka dikuasai dan diserahkan kepada kekuatan asing ?

KH. M. Ali Abdillah

Bak Disambar Petir ! TGB Bongkar Soal Bendera Nabi. HTI Bohongi Umat Islam Indonesia ? http://tz.ucweb.com/10_3TElk

Jadi harus membedakan antara ingin dan tidak bernyali



Prabowo bukan ingin mengganti Pancasila, tapi tidak bernyali dan membiarkan Jokowi sendirian melawan kaum anti Pancasila

by Teddy Gusnaidi on September 15, 2018

Yang bilang Prabowo mendukung dan ingin mengganti Pancasila siapa?

Yang benar itu adalah Prabowo tidak punya nyali menyatakan menentang perjuangan Hizbut Tahrir yang mau merubah ideologi dan sistem negara ini dengan ideologi khilafah.

Tanggal 12 Agustus 2018 saya menantang Prabowo menyatakan secara terbuka untuk melibas Hizbut Tahrir yang memperjuangkan Ideologi khilafah di negara ini kalau jadi Presiden.

Saya katakan, Prabowo tidak akan punya nyali untuk melakukan hal itu.

Tanggal 29 Agustus 2018, saya katakan, pernah gak kalian melihat, mendengar dan membaca pernyataan Prabowo dan ganknya membela Pancasila dari rongrongan khilafah??

Gak pernah kan? Tanya kenapa..

Apalagi rekam jejak Gerindra yang terang-terangan mendukung hizbut Tahrir, tentu makin meyakinkan bahwa Prabowo tidak akan punya nyali untuk menentang apalagi melibas Hizbut Tahrir.

Yang punya nyali untuk selamatkan Pancasila dan NKRI, ya cuma Jokowi di antara dua Capres ini.

Kenapa saya mempertanyakan nyali Prabowo?
Karena analisis saya, Prabowo ingin memanfaatkan suara pendukung Khilafah untuk memilih dia.

Prabowo tahu bahwa pendukung khilafah anti Jokowi, maka Prabowo tidak mau bersama-sama Jokowi untuk menentang kaum Khilafah.

Makanya saya mempertanyakan, apakah pernah kita melihat, mendengar dan membaca pernyataan Prabowo membela Pancasila dari rongrongan khilafah?
Menentang kaum Khilafah?
Tidak pernah kan?
...karena Prabowo memang tidak bernyali melakukan hal itu!

Prabowo tidak bernyali untuk kehilangan suara dari kaum khilafah dan pendukung khilafah.
Prabowo tidak bernyali membantu pemerintah untuk menyelamatkan bangsa ini dari gempuran Hizbut Tahrir yang membawa misi merubah sistem negara ini dengan sistem khilafah.

Jadi harus membedakan antara ingin dan tidak bernyali.
Tidak ada yang menuduh Prabowo ingin mengganti Pancasila, tapi Prabowo tidak punya nyali untuk menentang Perjuangan Hizbut Tahrir yang ingin mengganti Pancasila dengan Khilafah.

Apakah hanya demi meraup suara lalu biarkan Jokowi berjuang sendiri menghadapi kelompok anti Pancasila?

Katanya dari muda dia prajurit TNI dan sumpahnya adalah membela tanah air?
 Tapi kok membiarkan Jokowi berjuang sendiri membela tanah air dari rongrongan kaum khilafah?

Sekarang begini saja, untuk menguji nyali Prabowo, berani gak Prabowo menyatakan akan melibas perjuangan Hizbut Tahrir, mendukung sikap Jokowi melibas Hizbut Tahrir dan mengoreksi semua dukungan Gerindra ke Hizbut Tahrir?
Saya yakin Prabowo tidak akan bernyali.

Kalau ngak punya nyali, ya jangan merengek dan bilang membela tanah air.

Untuk apa berkoar-koar bela tanah air tapi membiarkan dan hanya menonton Presiden bersama rakyat berjuang melawan kaum radikal?
Mending balik lagi ke Yordania..
[tulisan Teddy G.]

Inilah Konspirasi Hitam di balik Rencana Prabowo Jemput Rizieq Shihab


Sebagaimana telah diketahui bersama, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto sang bocah tua nakalberharap Imam Besar Front Pembela Islam (FPIRizieq Shihab dapat pulang sebelum Pilpres 2019 dan jika tidak, Prabowo Subianto sang bocah tua nakal berencana untuk menjemput beliau
Kalau bisa sebelum saya dipilih [Rizieqsudah kembali. Kalau tidak, saya yang akan jemput beliau,” tegas Prabowo Subianto sang bocah tua nakal saat menyampaikan kata sambutan dalam acara Hari Santri Nasional dan Milad Front Pembela Islam (FPI) ke-1, di Masjid Amaliyah, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, sebagaimana dilansir cnnindonesia.com (22/10/2018)
Inilah Konspirasi Hitam di balik Rencana Prabowo Jemput Rizieq Shihab
Sumber: https://nasional.tempo.co
Pernyataan mantan Danjen Kopassus tersebut mengundang reaksi dari berbagai kalangan yang mempertanyakan motivasi di balik rencana penjemputan Rizieq Shihab tersebut
Analis politik LIPI Syamsuddin Haris, lewat akun Twitter @sy_haris, mempertanyakan tujuan Prabowo Subianto maju dalam Pilpres 2019, karena penasaran dengan pernyataan Prabowo Subianto sang bocah tua nakal saat menghadiri acara Hari Santri Nasional yang digelar oleh Front Pembela Islam (FPI) di Ciawi, Kabupaten Bogor pada hari Senin tanggal 22 Oktober 2018 malam
Pak @Prabowo, mohon maaf bertanya, anda berjuang jadi capres demi dan untuk Habib Rizieq, atau untuk Indonesia? Bukankah Habib Rizieq kabur atas inisiatifnya sendiri?” tulis Syamsuddin Haris dalam akun Twitter @sy_haris pada tanggal 24 Oktober 2018 pukul 10:06 WIB
Inilah Konspirasi Hitam di balik Rencana Prabowo Jemput Rizieq Shihab
Sumber: http://bogor.tribunnews.com
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem Irma Suryani Chaniago juga mempertanyakan alasan Prabowo Subianto sang bocah tua nakal menjemput Rizieq Shihab, padahal Rizieq Shihab pergi atas inisiatif sendiri ke Arab Saudi
Beliau kan pergi sendiri. Kenapa disuruh pulang. Biarkan saja pulang sendiri,” ungkap Irma Suryani Chaniago di Posko Rumah Cemara, Jakarta Pusat, sebagaimana dilansir jawapos.com (23/10/2018)
Inilah Konspirasi Hitam di balik Rencana Prabowo Jemput Rizieq ShihabInilah Konspirasi Hitam di balik Rencana Prabowo Jemput Rizieq Shihab
Sumber: http://www.swarahatirakyat.com
Dalam artikel “Di balik Insiden Pembakaran Bendera HTI, Inilah Operasi Hitam yang Disusun Prabowo Subianto dalam Memecah Belah Umat Islam” telah dijelaskan secara terperinci mengenai operasi hitam yang disusun dan dilaksanakan oleh Prabowo Subianto sang bocah tua nakal di balik video pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh anggota Banser dalam acara Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober 2018 di Alun-alun Limbangan, Garut, Jawa Barat
Yang menarik, insiden pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tersebut terjadi dalam acara Hari Santri Nasional dan pernyataan Prabowo Subianto sang bocah tua nakal yang akan menjemput Rizieq Shihab juga diucapkan acara Hari Santri Nasional. Apakah kedua peristiwa tersebut hanya kebetulan terjadi dalam acara yang sama ataukah ada korelasi di antara kedua peristiwa tersebut ?
Dalam artikel ini kita akan membahas secara singkat mengenai operasi hitam yang disusun dan juga dilaksanakan oleh Prabowo Subianto sang bocah tua nakal di balik insiden pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sekaligus mengungkap konspirasi hitam di balik rencana penjemputan Rizieq Shihaboleh Prabowo Subianto sang bocah tua nakal. Silahkan para pembaca terus membaca artikel ini hingga selesai untuk mengetahui konspirasi hitam yang dimaksud


Sebagian besar para pembaca pasti mengetahui bahwa pada hari Jumat tanggal 26 Oktober 2018 sekelompok massa mengadakan Aksi Bela Tauhid di depan Kantor Kementerian Kooordinator Politik Hukum Keamanan (Kemenkopolhukam), Jakarta Pusat dan juga di beberapa kota lainnya, menyusul beredarnya video pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tersebut, serta mengajukan sejumlah tuntutan, termasuk membubarkan Banser
Aksi Bela Tauhid itu sendiri ternyata merupakan salah satu operasi hitam yang dibuat serta dijalankan oleh kubu Prabowo-Sandi (BoSan) dan kelompok radikal yang ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan khilafah dengan tujuan untuk memecah umat Islam dengan menghancurkan Nahdlatul Ulama (NU), dimana mereka membuat narasi bahwa Banser menistakan tauhid, padahal Banser sendiri merupakan sayap Nahdlatul Ulama (NU) yang dididik dengan tradisi pesantren dan saat itu Banser tengah merayakan Hari Santri Nasional, sehingga tidak mungkin Banser merayakan Hari Santri Nasional sambil melecehkan kalimat tauhid
Para pembaca juga perlu mengetahui bahwa Aksi Bela Tauhid juga merupakan bagian dari demo berjilid-jilid yang dipersiapkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan tujuan awal untuk menjatuhkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang telah membubarkan dan juga menetapkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Aksi Bela Tauhid itu sendiri didukung oleh rakyat yang baru kemaren sore merasa membela agamanya serta mudah dibodohi dan cara tersebut persis seperti yang terjadi di Suriah, dimana awal kehancuran Suriah diawali dengan aksi unjuk rasa yang dilakukan setiap hari Jumat dengan narasi bahwa pemerintah Suriah yang berkuasa saat itu ialah rezim dzalim
Para pendukung Prabowo-Sandi (BoSan) kemudian beramai-ramai mengunggah tagar pembubaran Banserdan diikuti dengan peredaran konten yang berisi ajakan Aksi Bela Tauhid dan hal tersebut memang merupakan salah satu operasi hitam yang telah direncanakan kubu Prabowo-Sandi (BoSan) dari awal, terbukti dari jari pendukung bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mengacungkan dua jari, padahal semua orang tahu bahwa simbol tauhid ialah mengangkat satu jari, namun karena saat ini Prabowo Subiantosang bocah tua nakal menjadi capres dengan nomor urut 2, mereka pun tak malu-malu menggadai angka satu tauhid degan angka dua jari
Inilah Konspirasi Hitam di balik Rencana Prabowo Jemput Rizieq Shihab
Sumber: https://www.facebook.com/pageKataKita
Kubu Prabowo-Sandi (BoSan) juga mengerahkan tokoh-tokoh 212 untuk segera memberikan pernyataan serta membakar emosi massa, diantaranya Ustad Arifin Ilham dan KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Selain itu, kubu Prabowo-Sandi (BoSan) juga mempersenjatai seluru buzzer mereka dengan pernyataan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUIYunahar Ilyas bahwa bendera yang dibakar tersebut bukanlah bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Dalam perspektif MUI karena itu tidak ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia, maka kita menganggap itu kalimat tauhid,” ungkap Yunahar Ilyas di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Menteng, Jakarta Pusat, sebagaimana dilansir tribunnews.com (23/10/2018)
Inilah Konspirasi Hitam di balik Rencana Prabowo Jemput Rizieq Shihab
Sumber: http://www.tribunnews.com
Selanjutnya, Prabowo Subianto sang bocah tua nakal akan diam-diam mendanai serta memanas-manasi massa yang mereka gerakkan dalam aksi-aksi unjuk rasa berikutnya dan juga membutuhkan seorang koordinator lapangan (korlap) untuk memprovokasi massa, yaitu Rizieq Shihab, sehingga tak heran bila Prabowo Subianto sang bocah tua nakal berniat menjemput Rizieq Shihab ke Arab Saudi, dimana jika isu pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tersebut berhasil dipanaskan terus-menerus dan terjadi demo berjilid-jilid, Prabowo Subianto berniat menjemput Rizieq Shihab ke Arab Saudi, lalu menugaskan beliau untuk berorasi di depan massa dalam aksi-aksi unjuk rasa berikutnya
Sampai di sini, kita dapat mengetahui konspirasi hitam di balik rencana penjemputan Rizieq Shihab oleh Prabowo Subianto sang bocah tua nakal, dimana rencana tersebut sekaligus menjadi salah satu operasi hitam yang disusun dan dilaksanakan oleh Prabowo Subianto sang bocah tua nakal yang memang gemar menghalalkan semua cara dalam rangka memuaskan syahwat politik beliau, apalagi Pilpres 2019 merupakan pilpres terakhir bagi Prabowo Subianto sang bocah tua nakal, sehingga sehingga beliau rela menghalalkan segala cara rela hanya demi meraih kemenangan
Jangan lupa sebarkan artikel ini sebanyak-banyaknya ke media sosial, agar lebih banyak lagi orang-orang yang mengetahui konspirasi hitam di balik rencana penjemputan Rizieq Shihab oleh Prabowo Subianto sang bocah tua nakal dan untuk info selengkapnya mengenai operasi hitam di balik insiden pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan juga konspirasi hitam di balik rencana penjemputan Rizieq Shihab oleh Prabowo Subianto sang bocah tua nakal, silahkan baca kultwit berjudul “Waspadalah! Prabowo Susun Operasi Pecah Belah Umat Di Isu Pembakaran Bendera HTI” yang ditulis oleh akun Twitter @joxzin_jogja
Inilah Konspirasi Hitam di balik Rencana Prabowo Jemput Rizieq Shihab
Sumber: https://www.kakekdetektif.com