Latest News

Monday, August 19, 2019

PAK JOKOWI! WAHABI, KHILAFAH, ISLAM RADIKAL DI SEKOLAH2 & KAMPUS ANCAM NKRI

Gbr Ilustrasi


PAK JOKOWI! WAHABI, KHILAFAH, ISLAM RADIKAL DI SEKOLAH2 & KAMPUS ANCAM NKRI

Sungguh menakutkan, Itu wajah sekolah dan kampus negeri di Indonesia. Intoleransi, anti keberagaman, anti pluralisme telah merasuk. Penyebabnya adalah mewabahnya Wahabi, Khilafah, dan Islam radikal di lingkungan pendidikan yang terkait dengan faktor di luar sekolah dan kampus yang juga lebih menakutkan. Perilaku khilafah yang nyata dijadikan rujukan anak sekolah dan mahasiswa. Serem beneran kan...

Surat yang beredar tentang Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai pusat kegiatan Islam radikal bukan isapan jempol. Gerakan bersih-bersih -untuk menguatkan Islam radikal- ala Islam radikal berlangsung. Caranya? Mereka menguasai seluruh alat kelengkapan akademis dan kegiatan di kampus. Rektor, Dekan, Senat Universitas, Senat Mahasiswa, Unit kegiatan, masjid dan unit bisnis mereka kuasai.

Sebelumnya di tingkatan pendidikan dasar dan menengah juga dilakukan penguasaan secara taktis. Di PAUD, SD, SMP, radikalisme dibangun lewat guru. Lembaga pendidikan berkedok IT, seperti SDIT, hampir dapat dipastikan dimiliki oleh PKS dan HTI. Di SMA mulai dengan kegiatan yang disebut Rohis dan OSIS. Di kampus mereka lebih radikal lagi. Siklus sejak PAUD sampai perguruan tinggi menggurita.

Wajah sekolah dan kampus negeri di Indonesia penuh rasa intoleransi. Gerakan Wahabi, khilafah, dan ajaran Islam radikal di Sekolah dan Kampus telah memicu intoleransi. Gerakan yang sudah 30 tahun lebih bergerak itu kini tengah memanen hasilnya. Intoleransi, anti-Pancasila, anti kemapanan, anti pemerintahan muncul di masyarakat. Negara dalam bahaya. Eksistensi NKRI terancam.

(PKS adalah salah satu wujud panen konservatisme agama yang formal dan legal yang mirip Partai AKP di Turki. Ideologi mereka pun sama: Ikhwanul Muslimin. Yang di Mesir dan banyak negara Teluk, IM adalah organisasi teroris. FPI potret pembiaran ormas gerakan Islam radikal di masyarakat, pemicu kisruh atas nama agama).

Wahabisme dan gerakan khilafah bersatu dengan Ikhwanul Muslimin di Indonesia. Ini fenomenal. Padahal ketiga gerakan Islam radikal itu memiliki perbedaan ideologi perjuangan. Namun, karena terdesak di Timur Tengah, dan berbagai belahan Bumi, mereka merapatkan barisan. Itu salah satu sebab PKS tetap mendapatkan dukungan suara di Pemilu 2019.

Kondisi di luar kampus dan lembaga pendidikan ini makin rusak lagi. Sebagian kecil (20% menurut survei) karyawan BUMN, ASN telah terpapar paham radikal. Ideologi khilafah. Buktinya di masjid-masjid BUMN beredar khotbah-khotbah ajaran khilafah oleh ustad eks HTI. Banyak pula ASN yang terang-terangan menentang Pancasila. Pengikut khilafah. Salah satunya yang fenomenal ya Adyaksa Dault.

Panen radikalisme ini menjadi tantangan Presiden Jokowi. Jika ingin Indonesia tidak hancur berkeping seperti Syria, rakyat sudah mendukung dengan tidak memilih Prabowo, maka Jokowi harus membenahi pendidikan sejak PAUD sampai perguruan tinggi. Caranya?

Jokowi akan mengintegrasikan seluruh kekuatan dan sumber daya untuk melawan ancaman ambruknya Indonesia oleh gerakan anti NKRI, anti-Pancasila, pro Khilafah dan ISIS. TNI/Polri harus dikuatkan dan dibersihkan dari unsur non Merah-Putih. Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek harus dibongkar agar memiliki kuku merangsek kampus seperti UI dan IPB. Pembersihan dari rektor sampai unsur lainnya.

Jokowi juga akan membuat kurikulum dasar untuk mengajarkan Kebangsaan, Nasionalisme, dan Kecintaan terhadap tanah air. Anak-anak Indonesia harus lebih mencintai bangsa dan budaya Indonesia dibanding dengan budaya Arab. Mahasiswa Indonesia harus bangga mengerek bendera Merah Putih. Bukan mengerek bendera Khilafah.

Karyawan BUMN dan ASN harus bangga melayani rakyat. Bukan menghisap gaji, pajak, korupsi untuk gerakan khilafah. KPK dan lembaga-lembaga negara harus bebas dari kepentingan gerakan khilafah.

Waktu 5 tahun adalah pendek bagi Jokowi. Jangan sampai waktu Jokowi habis untuk seremonial kekuasaan. Deal-deal dan menghabiskan waktu kisruh melayani kepentingan parpol. Jokowi harus segera bekerja untuk menunaikan janjinya: mempertahankan keutuhan NKRI dari kejatuhan ke tangah khilafah. Salah satunya lewat pendidikan. Dan, rakyat telah memilih dan mendukung pak Jokowi.

#JokowiMenang... #JokowiLagi... #2019JokoWidodoPresidenRI... Salam damai sejahtera bagi Rakyat / Bangsa Indonesia... Salam NKRI harga mati... Tuhan Yesus Memberkati Presiden Joko Widodo beserta jajarannya dan kita semua... 👌✊👏💪👍🙏🙏🙏🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬🇸🇬



Video 4 Hasil Penelitian SETARA INSTITUT tentang Kaum Islamis di Perguruan Tinggi Negeri

https://www.youtube.com/watch?v=D7WgHyW5vKo&feature=youtu.be

Kalangan Buruh Rentan Terpapar Paham Radikalisme


Ken Setiawan: Kalangan Buruh Rentan Terpapar Paham Radikalisme

Selain menyasar palajar dan mahasiswa, radikalisme juga rentan menyasar kalangan buruh, terutama pekerja yang datang dari daerah dan menjadi pendatang di ibu kota. Mereka juga sangat rentan direkrut kelompok radikal.

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan, kelompok radikal paling sering merekrut anggota dari kalangan muda, para pelajar, mahasiswa dan kalangan buruh.

“Representasi paling banyak itu selain kalangan pelajar dan mahasiswa adalah kalangan buruh,” kata Ken saat ditemui usai diskusi di ajang Kongres Pancasila di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Sleman, Jogjakarta.

Ken menjelaskan, banyak orang daerah datang ke ibu kota untuk mencari kerja. Ketika di Jakarta, mereka bertemu dengan orang-orang dari daerah asalnya. “Di Jakarta belum kerja, misalnya. Kemudian diberitahu di Jakarta itu mahal semua, dari harga kos-kosan, makan. Kemudian ditawari tinggal bersama,” ujarnya. Karena solidaritas antar perantau, sama sama berasal dari daerah yg sama, seolah senasib dan seperjuangan jadi tidak ada rasa curiga.

Karena merasa senasib dan sepenanggungan, atas dasar solidaritas, mereka mau saja saat direkrut ke kelompok radikal. Modus seperti ini telah terdeteksi dan dialami oleh sejumlah buruh di sekitar Jakarta seperti Bekasi, Cikarang, karawang tangerang dll.

“Di daerah Cikarang waktu itu salah satu perusahaan hampir seperempat karyawan yang berjumlah ribuan itu sudah teridentifikasi dan ini belum disentuh oleh pemerintah,” katanya.

Belum tersentuhnya permasalahan radikalisme di kalangan buruh karena tidak ada yang monitor, kalau pelajar dan mahasiswa misalnya biasa pulang sore tiba tiba sering pulang larut malam akan ketahuan, termasuk biasa pembayaran tepat tiba tiba selalu telat, bahkan ada yang justru tidak dibayarkan. Nah untuk kalangan buruh siapa yang pantau, mau nggak pulang sehari, seminggu atau sebulan juga kadang ndak ada yang peduli, paling yang punya kost atau kontrakan karena harus bayar perpanjang kontrakan.

Menurut Ken, mereka terpapar radikalisme karena terus diberi ajaran untuk membenci Pancasila dan negara Indonesia. “Jadi kalau mereka tidak mendapat pencerahan, berbahaya. Banyak anak hilang, merantau hilang, karena terpapar paham radikalisme,” ucapnya.

Untuk itu, Ken menyatakan mereka yang terpapar radikalisme perlu mendapat materi-materi kebangsaan. Selain itu, mereka harus diajak bergabung ke komunitas untuk menarik minat mereka.

“Melalui komunitas kearifan lokal, antar-daerah, motor, mobil, seni, olahraga dll. Kalau kita ajak ngaji atau seminar biasanya kurang direspon. Tapi efektif ketika suatu komunitas berkumpul/ kopdar menjadi mudah dan nyaman dalam menyampaikan pesan pesan kebangsaan,” ucapnya.

Ken berharap pemerintah hadir melalui kementrian dan lembaga untuk bekerja sama dengan pihak perusahaan, baik bumn maupun swasta untuk memberikan pencegahan bahaya radikalisme di kalangan karyawan/ buruh agar ketika mereka di dekati atau di rekrut untuk bergabung dalam kelompok radikal sudah bisa mengidentifikasi dan menolak ajakan bergabung.

Konsepnya sama seperti narkoba, bahkan tingkat sakaunya lebih parah dari narkoba, jangan pernah coba coba, kalau berani coba dan tidak punya argumentasi dalil yang kuat maka bisa jadi akan terpapar paham radikalisme, waspada tapi jangan sampai pobia terhadap agama.

Diakui Ken, banyak laporan korban radikal dari kalangan buruh yang datang dari daerah sampai laporan kehilangan keluarga yang awalnya merantau tapi tak kunjung pulang. Sekali pulang berubah drastis, mulai mengkafirkan orang lain, tidak mau bergaul dan merasa dirinya paling benar.

Ken lewat NII Crisis Center membuka hotline pengaduan masyarakat di nomer whatsapp 08985151228

Ken berharap dengan sosialisasi meluas minimal akan mempersempit gerakan radikal, tutup Ken.

Sumber http://kamtibmasnkri.com/2019/08/18/buruhrawanradikalisme/

Boleh di share/ bagikan.